Mengambil kursi roda di ruangan peralatan rumah sakit. Dan saat ini, sedang membawanya menuju ke ruangan Stella.
Lalu sesampaiku di depan ruangan Stella, dan mulai membuka pintu ruangan miliknya.
Stella yang berada di kasurnya, seketika berbalik ke arah pintu ruangannya.
“Ian!? Apa itu kamu?!”
“Iya Stella, ini aku,” jawab diriku sambil mulai membawa kursi roda ke dalam ruangan Stella.
“Ian suara apa kayak besi-besi gitu?” tanya Stella terhadap suara dari kursi roda yang kubawa. Dengan suaranya yang memang terdengar cukup nyaring. Seperti besi-besi di kursi roda yang berbenturan satu sama lain sehingga menghasilkan bunyi yang dikatakan Stella.
“Ohh ini Stella… Seperti yang aku bilang Stella. Aku membawa kursi roda supaya lebih mudah membawamu jalan-jalan.”
“Berarti aku diperbolehkan untuk keluar Ian…?!” tanya Stella yang sepertinya menangkap suatu hal dari pernyataanku ke dirinya
“Iya bisa dikatakan begitu Stella.”
Wajah Stella sekeika dipenuh kegembiraan dan senang. Dan dengan posisi dirinya yang ingin menuju ke pinggiran kasurnya sama seperti sebelumnya. Yang seketika diriku mempercepat langkah dan kursi roda yang kubawa ke dekat Stella.
“Stella!” panggilku sembari diriku yang mulai telah berada di dekat Stella. Memegang dirinya dan Membantunya menuju ke kursi roda yang telah kubawa ke dekatnya. Hingga Stella telah benar-benar duduk ke kursi roda.
“Makasih Ian.”
“Bukan apa-apa,” jawabku sambil tersenyum ke arah Stella.
Diriku lalu berada di belakang kursi roda yang Stella naiki. Dan dengan memegang pegangan di kursi roda, aku lalu mulai membawa Stella berjalan-jalan. Meninggalkan kasur dan juga ruangannya seiringku mendorong kursi roda yang dinaiki Stella.
Dengan suasana rumah sakit sekarang ini, yang begitu sepi namun terlihat cukup tenang,
Aku lalu membawa Stella dengan kursi roda dinaikinya mengelilingi rumah sakit.
Wajahnya yang terlihat begitu senang dan dengan senyuman yang terlihat di mulutnya. Seolah dirinya sedang menikmati keadaan rumah sakit yang ada sekarang ini.
“Sepertinya suasana rumah sakit sekarang ini, begitu tenang yah Ian. Kedengaran begitu sepi, dan hanya terdengar orang-orang mengobrol saja,” ujar Stella, mengungkapkan pendapatnya akan situasi yang ada.
“Bukannya bagus Stella…?” balasku sembari mendorong kursi roda milik Stella.
“Yang berarti kan… orang yang sakit atau dirawat juga sedikit Stella.”
“Memang sih Ian… Namun yah entah mengapa jadinya terasa sepi Ian. Yah… namun bukan berarti aku tidak suka sih…”
“Mmmhh… menurutmu begitu...”
Akupun lalu membalasnya dengan dehuman setuju.
Dan selanjutnya, mendorong dan membawa kursi roda Stella melewati bagian demi bagian di rumah sakit. Dari satu lorong ke lorong lainnya, dengan perbincangan kecil kami satu sama lain yang mengiringi kami berdua.
Hingga kemudian, dengan jalan-jalan singkat yang kami lakukan ini, akupun lalu berencana untuk membawa ke taman rumah sakit. Sebuah tempat, yang tiap kali aku melewati dan melihatnya, perasaanku entah mengapa terasa nyaman dan juga tenang.
Yang menurutku taman tersebut adalah sebuah tempat yang tepat bagiku untuk mengakhiri jalan-jalan yang aku dan Stella lakukan sekarang ini.
“Stella aku ingin membawamu ke suatu tempat di rumah sakit ini. Yang menurutku sendiri tempat ini sangatlah bagus Stella. Bagaimana…?”
“Kalau kamu bilangnya begitu Ian, aku mau saja,” jawab Stella tanpa ragu, dengan senyumannya yang sekali lagi terlihat diwajahnya.
“Baiklah kalau begitu.”
Yang kemudian diriku dengan semangatnya, lalu membawa Stella menuju ke taman rumah sakit.
Jarak dari posisi kami pun dengan taman rumah sakit pun cukup dekat. Malahan dengan hanya membutuhkan waktu sekitaran satu menit lebih. Kamipun sudah sampai di taman rumah sakit yang kumaksud.
Sesampainya di depan taman. Tepatnya area dalam rumah sakit sebelum pergi menuju ke bagian taman. Yang terhalang oleh tembok kaca, yang membuatku dapat melihat keadaan taman rumah sakit dari tempatku sekarang ini.
Dan ketika melihatnya melalui kaca, sebuah pemandangan taman yang terlihat begitu sejuk dan asri berada dalam pandanganku. Suasana dan juga pemandangan yang memanglah tepat untuk mengakhiri jalan-jalan kami ini.
Sambil memandangi Stella dan memikirkan hal itu, aku mulai membawa dirinya ke taman.
Melewati pintu kaca yang ada, aku dan juga Stella telah berada di taman rumah sakit. Ketika berada di sana, entah mengapa taman itu seolah memperlihatkan seluruh keindahan dan kesejukan darinya.
Pohonnya yang begitu rindang. Sehingga terasa begitu sejuk ketika berada di bawahnya.
Air mancur yang seperti air terjun dan terdapat kolam dibawahnya dengan salah satu pinggirannya memiliki aliran air. Lalu aliran kecil ini begitu panjang dan hampir mengelilingi taman, sehingga terlihat seperti sebuah sungai kecil yang mengelilingi taman ini. Dan di dalam kolam dan sungai kecil itu berbagai ikan hias yang seperti berenang ke berbagai arah disana.
Lalu rumput yang terlihat begitu nyaman diduduki. Dan pijakan batu yang menghantarkan ke bagian bagian batu dari taman itu. Yang disana terdapat beberapa kursi taman orang-orang yang berada disana.
Selain jalan yang berupa pijakan batu, terdapat pula sebuah jalan kecil. Yang ujung lain dari jalan kecil tersebut adalah sebuah jembatan kecil untuk melewati sungai kecil tadi.