Ian's Stories: My True Happines

Muh Fajrin
Chapter #25

SEBUAH KEADAAN YANG TAK TERDUGA

 Dua minggu telah berlalu, semenjak percakapanku dengan Ian malamnya.

 Stella semenjak waktu itu, saat makin dekatnya hari mata yang didonorkan ke Stella makin dekat. Dirinya mulai didatangi kembali oleh teman-temannya ataupun kenalan dirinya satu persatu. Menjenguk dirinya setelah beberapa lama dengan alasan ketidakdatangan mereka masing-masing selama ini.

 Kerjaan, urusan dan alasan sebagainya. Yang kurang lebih kabar yang kudengar mengenai alasan ketidakdatangan teman-teman dan kenalan Stella selama ini.

“Aneh…,” pendapatku tentang alasan mereka dan sedikit terkikih karenanya.

Dan mungkin sama seperti ke Ian, kalau aku ada disana, mungkin aku sudah mempertanyakan dan memarahi mereka akan alasan mereka tersebut. Meski tidak mengenal mereka.

 “Tentunya tidak kan…?” tanggapku akan hal itu.

Selain itupun, orang tua Stella kabarnya pun makin membaik dan sepertinya Stella telah mengunjungi mereka berdua. Yang meski tidak menyaksikannya langsung, diriku sangat yakin keadaan waktu itu pastilah penuh kebahagiaan.

 Dan terakhir mengenai Stella, dimana kabarnya setelah pendonoran mata ke Stella telah selesai. Pernikahan antara dirinya dengan Ian akan ditentukan, dan kabarnya mereka akan melakukannya dalam waktu dekatnya.

Singkatnya selama dua minggu, hal-hal baik seolah mulai mendatangi Stella. Setelah hal-hal yang membuatnya menderita sebelumnya, dua minggu ini mungkinlah hasil dari kesabaran dan perjuangan dirinya.

Sedangkan aku…

Terbangun dari tempat tidurku dan beranjak darinya. Kemudian tanpa ku duduk termenung, membuang-buang waktu ataupun sebagainya. Diriku bergegas mandi, sarapan, mengenakan jasku kerjaku.

Memanggil taksi, kemudian mengatakan tujuanku.

 “Ke Distrik Bager 2.” 

Tidak lain adalah distrik tempatku bekerja.

Dengan kata lain, diriku langsung menuju kantorku dan tanpa menjenguk Stella.

 Sesampai di tempatku kerja, mengerjakan pekerjaan kantorku, kemudian istirahat siang, lalu setelahnya melanjutkan kembali pekerjaanku.

Kemudian saat pulang. Dengan tak ada niatan ku ke rumah sakit untuk menjenguk Stella, aku langsung saja ke apartemen dan beristirahat.

Kegiatan-kegiatan yang telah kulakukan selama lebih dari dua minggu. Yang selama itu pula aku tidak mengunjungi ataupun menemui Stella. Entah karenaku yang memang sudah benar-benar rela dan lega, ataukah karena hal lainnya.

Bahkan sampai sekarangpun aku masih mempertanyakannya.

Apakah aku telah benar-benar telah merelakan Stella...?

Apakah aku memang sudah membiarakan Stella dan Ian bersama…?

Dan sebagainya…

Bimbang, bingung, dan bertanya-tanya. Apakah memang diriku telah benar-benar merelakan Stella.

 Tak ada argumen ataupun alasan yang terpikirkan olehku. Tak ada jawaban ataupun kesimpulan untuk menjawabnya selain hanya jawaban iya dan benar.

Dan meyakini hal itu, lalu menguatkannya benar-benar di dalam hatiku. Selama dua minggu ini, akupun telah melakukan kegiatan-kegiatan yang kulakukan tersebut dengan lancar.

Tak ada niatan untuk menjenguk Stella lagi. Baik itu saat pagi, ataupun sorenya. Baik itu semenjak Ian menelponku bahkan sampai hari ini. Baik itu sekarang ataupun mungkin saat dirinya sudah benar-benar sembuh.

Mungkin saja, hari itupun sebenarnya adalah hari terakhirku untuk melihat Stella.

Lihat selengkapnya