Pukul 17.20.
Setelah percakapan demi percakapan yang telah aku dan Stella lakukan. Dengan kami yang seolah telah melupakan akan kabar buruk mengenai mata Stella dan kata-kata aneh yang kuucapkan sebelumnya. Dan sekarang hanya gelak tawa dan senyum hangat yang menghiasi wajah kami antara satu sama lain.
Kemudian ditengah semua itu, dengan senyum di mulutnya yang mengawalinya, Stella lalu memanggilku.
“Julan…”
“Mmmh… Ada apa Stella…?”
Stella menggelengkan kepalanya. Dan dengan senyum yang terlihat di wajahnya, Stella mengatakan.
“Bukan apa-apa Julan. Hanya saja… aku tiba-tiba ingat kembali. Akan hal yang sebenarnya selalu aku ingin beritahu kamu, cuman sering saja aku lupa untuk bilang.”
Menatap Stella dengan penasaran akan apa yang dikatakannya. Akupun lalu menanyakannya.
“Hal yan kamu mau beritahu…? Memangnya apa yang ingin kamu beritahukan Stella?”
“Sebenarnya hal yang ndak terlalu penting juga Julan…,” yang setelahnya, Stella lalu terdiam dengan pikirannya yang melayang beberapa saat. Memikirkan suatu hal yang karenanya membuat Stella tersenyum. Dan setelahnya, keluar dari alam pikirannya, mulut Stella yang bergerak lalu lanjutnya…
“Lagipun hal ini juga aku sudah kasih tahu Ian. Yang aku kepikiran hal ini juga tepat saat kalian berdua sama-sama mengunjungiku dua minggu lalu lalu…”
Seketika rasa penasaranku lalu berkurang drastis kala kata “Ian” kemudian terbersit diantara perkataan Stella. Perasaan malas sekaligus ingin mengabaikan perkataannya sudah mulai kurasakan dan hampir membuatku ingin enggan untuk mendengarnya.
Namun akhirnya, dengan alasanku untuk menghargai Stella. Dan juga sebagai bentuk kepedulianku ke dirinya lah yang tetap membuatku mau mendengarkannya sebagaimana pun kata Ian muncul dalam perkataan Stella nantinya.
“Mendengarmu mengatakan hal itu Stella. Malahan kedengarannya apa yang ingin kamu bilang ini sepertinya begitu penting Stella,” tanggapku akannya untuk memperlihatkan perhatianku.
“Menurutmu begitu Julan.”
Menjawab seperti itu, Stella lalu terlihat tersenyum senang.
“Sebenarnya Julan… Apa kamu pernah berpikir kalau kamu itu memiliki kesamaan dengan Ian…?”
“Maksudmu Stella…?” tanyaku bingung akan pertanyaan yang Stella katakan. “Kalau kamu mengatakan kemiripanku dengan Ian, tentunya kan seperti wajah, tubuh, dan juga…”
Aku lalu terhenti sebentar denganku yang lalu berdehum dan setelahnya mengatakan.
“Suara… Stella.”
Stella setelah mendengarnya lalu tertawa kecil karenanya.
“Kalau hal itu… Tentunya semua orang tahu akan hal itu. Maksudku… Selain bentuk fisik, apakah menurutmu ada hal yang sama lagi antara kamu dan juga Ian?”
Membuatku terpikir sebentar akan maksud dari pertanyaan Stella ini. Bingung sekaligus bertanya-tanya akan alasan Stella bertanya seperti itu. Dan karena hanya mendapatkan jawaban buntu. Akupun menggelengkan kepalaku dengan refleksnya yang walau Stella tidak dapat melihatnya, sambil menjawab.
“Aku pikir sudah tidak ada lagi Stella. Karena menurutku, baik itu kepribadian kami ataupun tingkat kemampuan kami masing-masing. Hal-hal tersebut sudah jelas menurutku begitu berbanding terbalik antara kami satu sama lain. Ian yang jago dengan segala bidang sedangkan aku yang tidak. Singkatnya selain fisik, hal-hal yang ada diantara kami satu sama lain begitu berlawanan, dengan jaraknya seolah langit dan bumi itu sendiri Stella,” jawabku yang tanpa sengaja blak-blakan dan refleks mengeluarkan unek-unekku.
“Begitukah menurutmu Julan…” Balas Stella yang terdengar tidak menganggapnya serius.
“Tapi apa kamu tahu Julan... Menurutku kalian tidak benar-benar berbeda seperti itu.”
“Huh…?” tanggapku yang seketika bingung akan maksud dari apa yang dikatakan Stella.
“Malahan sebenarnya bagiku untuk kamu maupun Ian. Selama aku bersama dengan kalian…. Entah mengapa, dibanding perbedaan kalian, aku lebih memerhatikan persamaan diantara kalian. Yang malahan belakangan ini, persamaan kalian tersebut makin aku pikir, makin begitu jelas.”
“Apa maksud akan hal yang disampaikan Stella ini?!” bingung sekaligus merasa aneh akan apa yang dikatakan Stella tersebut. Bahkan membuatku saat ini pun bertanya… “Apakah Ian juga benar-benar mendengar hal ini dari Stella?!”
Dan dengan pikiranku yang masih cukup melayang akan hal itu, Stella sendiri masih melanjutkan penjelasannya.
"Mungkin memang benar… Ian lebih pintar, atletis, jago bersosialisasi, dan bahkan lebih beruntung dari kamu Julan dalam bidang lainnya. Namun selain dari itu semua, kalian itupun memiliki kesamaan-kesamaan yang begitu persis diantara kalian.”
“Cara bicara kalian… Bersikap maupun bertindak. Pola pikir, hal yang disukai, dan sebagainya. Bahkan kepribadian yang kamu bilang beda Julan, menurut aku malahan sama satu sama lain. Dengan kepikiran kesamaan kalian tersebut, membuatku sadar kalau kalian itu memang benar-benar saudara kembar sesungguhnya Julan.”
“Yah benar Stella…” Balasku dengan masa bodoh. Tidak berusaha menanggapi perkataan Stella tadi serius, meskipun tidak tahu apakah Stella serius mengatakannya atau tidak.
“Mustahil aku dan Ian itu sama…” adalah apa yang kupikirkan akan penjelasan Stella.
“ ‘Mirip dalam bertindak?!’ mana mungkin kami sama! ‘Pola pikir?!’ aku saja tidak tahu bagaimana jalan pikiran orang itu! ‘Hal yang disukai?!’ akupun ragu akan hal ini. Dan mengenai ‘kepribadian?!’ bukankah terlihat jelas kalau hal ini sudah begitu berkebalikan antara satu sama lain!”
Berpikiran seperti itu akan perkataan Stella, yang bahkan hampir membuatku refleks untuk keluarakan.
Namun kemudian seperti biasanya, akupun sekali lagi bisa menahannya. Tidak mengatakannya. dan hanya menjadi bahan pikiranku yang lainnya. Lalu hanya bisa berbohong dibalik kata-kata singkat sebagai jawabanku kepada Stella.
"Namun apa kamu tahu Julan... meskipun aku bilang kalau kalian memiliki banyak kesamaan. Tapi sebenarnya, ada satu hal yang menurutku begitu membedakan kalian satu sama lain." Dengan suara yang menampakkan ketenangan. Seolah hal yang ingin Stella katakan ini memanglah begitu mendalam baginya.
“Mulai dari dulu saat sudah mengetahuinya, dan saat tiap kali aku perhatikan. Perbedaan yang ada diantara kalian itu, makin aku pikir bagiku makin terlihat begitu jelas,” tambah Stella diantara penjelasannya.
Yang ditambah dengan penjelasan Stella yang terakhir. Membuatku seolah merasa bahwa penjelasan Stella ini, sebenarnya adalah hal yang ingin Stella beritahukan padaku dibalik mengapa dirinya membicarakan hal ini.