Suara hentakan ratusan pasang kaki pada tanah kering yang berdebu pagi itu cukup untuk menggetarkan bumi kala itu. Teriakan semangat para murid Perguruan Angin Surga dalam melatih fisik sebagai wadah tenaga dalam mereka patut diacungi jempol. Beragam gerakan-gerakan rumit mulai dari pukulan dan tendangan mereka peragakan dan tidak terlihat ada cacat dalam jurus mereka. Sebenarnya wajar saja, karena perguruan ini adalah salah satu perguruan beladiri terbaik di dunia persilatan, tepatnya untuk kalangan pendekar putih. Beladiri ini juga memiliki reputasi yang cukup bagus dalam membimbing murid perguruan dan tidak sedikit juga anggota perguruan mereka yang turun gunung dan kemudian dikenal sebagai Pendekar Kesohor. Jadi tidak heran banyak pendaftar baru setiap tahunnya yang ingin masuk dan dilatih di perguruan tersebut.
Rangga, seorang yatim piatu yang sangat tertarik dengan ilmu beladari yang mencoba mendaftar sebagai murid inti namun selalu gagal. Pada akhirnya ia hanya diangkat sebagai pelayan di perguruan tersebut dan terkadang ia memanfaatkan waktu luangnya melihat murid-murid berlatih dan mempraktikkan sendiri gerakan-gerakan tersebut pada malam harinya. Hal ini sudah ia lakukan selama bertahun-tahun dan bahkan tidak ada seorang pun yang tahu. Dan tidak luput juga hari ini.
Rangga telah terlebih dahulu menyelesaikan tugasnya dari sebelum subuh dan sekarang dia punya waktu luang untuk mengamati bagaimana para murid tersebut berlatih dengan semangatnya. Dan tampaknya hari ini mereka akan diajari sebuah teknik baru yang disebut sebagai "Dua Jari Penembus Sukma". Mengetahui akan materi kali ini jelas membuat Rangga semakin semangat, karena sudah begitu banyak jurus perguruan tersebut yang ia pelajari secara diam-diam walaupun dia bukanlah murid di sana.
Perlahan para siswa mulai memusatkan penggunaan tenaga dalam mereka dan tidak terkecuali Rangga. Dia mengikuti semua instruksi yang diberikan dengan sangat baik, dan bahkan memodifikasi beberapa teknik pernafasan yang diberikan.
"Aa..."
Rangga cepat-cepat menutup mulutnya saat dia hampir terpeleset dan jatuh dari dahan pohon tempat ia bersembunyi dan memantau. Namun, suara yang sedikit tersebut tentu terdengar sangat jelas bagi instruktur yang sudah berada dalam Tahap Pelepasan Jiwa Tingkat ke 1. Dengan cepat instruktur tersebut menyapukan tangannya yang menyebabkan angin kencang yang menderu ke tempat Rangga berdiri.
Dihadapkan pada situasi hidup dan mati seperti itu, Rangga tidak punya pilihan lain selain melompat dan menghindar atau anggota tubuhnya akan remuk dihantam gelombang kejut yang sangat kuat itu.
"Siapaa di sana!!!"
Instruktur tersebut berteriak, dan seketika para murid yang lain sudah mengelilingi Rangga yang baru saja mendarat dengan selamat di tanah.
"Siapa
kau?" Pandangan mata instruktur tersebut terlihat mencekam yang membuat Rangga sedikit bergidik ngeri. Belum lagi dengan para murid yang berkumpul di sana yang tampaknya akan dengan senang hati menghadiahi Rangga beberapa pukulan tanda perkenalan.
Tahu dirinya sedang berada pada situasi yang berbahaya, Rangga kemudian memutuskan untuk bersujud dan memberitahukan identitasnya.
"Maafkan saya tuan, saya hanya pelayan diperguruan ini"
"Pelayan? Lalu bagaimana caramu menghindari Telapak Angin Surga ku?"
"Saya menggunakan Ilmu menapak surga tuan"
"Ilmu menapak surga? bukannya ini ilmu khusus perguruan? Kenapa kau bisa menggunakannya?"
"Saya mempelajarinya sendiri tuan"
Seakan tidak percaya dengn jawaban Rangga, intruktur tersebut memalingkan wajahnya. Namun tetap ada beberapa tanda tanya yang belum terjawab dalam pikirannya yang akhirnya membuat dia memtuskan untuk menguji Rangga.
"Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Virgo kemarilah, dan jadilah lawan latih tanding bocah ini.... dan ingat bocah, jika kau terbukti berbohong akan aku potong lidahmu!"
"Ahhhahha...guru kejam sekali menyuruhku menghajar bocah ini" tawa anak yang bernama Virgo tersebut.
Dia memandang Rangga dengan sinis layaknya memandang seonggok sampah tidak berharga. Sayup-sayup bisikan pun terdengar dari kerumunan tersebut. Ada yang mengatakan kalau Virgo adalah murid jenius di perguruan tersebut dan juga sebagai tuan muda anak dari pemilik perguruan.
"Aku tidak punya pilihan lain lagi" gumam Rangga sambil memantapkan langkahnya ke depan menuju ke arah Virgo hingga jarak mereka kurang dari satu meter sekarang.
"Hahaha.. bocah bau ini benar-benar berani" tawanya sambil memasang kuda-kuda bersiap untuk menyerang.
"Mul....."
"Heaaaahhh" belum sempat instruktur menyelesaikan kalimatnya, Virgo sudah menerjang ke depan seolah sangat bernafsu untuk mengakhiri hidup Rangga saat ini.
Gerakan nya sangat cepat dan teratur. Sepertinya gelar seorang jenius memang pantas ia miliki. Terlebih energi yang terpancar dari tubuhnya memberikan tekanan tersendiri.
"Bughhh...."
Benar saja, seseorang yang hanya mencontoh tentu akan kewalahan melawan murid utama. Dan Rangga langsung terpaksa menerima pukulan tersebut dengan tubuhnya. Pukulan yang sangat kuat dengan paduan tenaga dalam yang sempurna, membuat Rangga mundur beberapa langkah ke belakang karena tekanan yang diberikan.
Selain tekanan aneh yang muncul, dada Rangga terasa remuk sekarang dan bahkan dia mulai kesulitan bernafas. Sedangkan disisi lain. Virgo tampaknya ingin melanjutkkan serangan yang kedua.
"Nafas Tanah..."
"Ughhh"
Rangga memuntahkan beberapa darah hitam akibat serangan sebelumnya menggunakan teknik pernafasan tersebut dan sekarang paru-parunya kembali terasa normal. Namun sayang, serangan Virgo yang kedua sudah mengarah kembali padanya, dan sekarang dalam skala yang lebih mengerikan.
"Pukulan
Angin Surgaa!!!" Gelombang angin mulai menderu dan menyelimuti kepalan tinju milik bocah tersebut. Dan sadar tidak akan bisa menghindar, Rangga pun melakukan hal yang sama.
"Pukulan Angin Surgaaa!!"
"Blaarrrr"
Kedua jurus pamungkas tersebut bertabrakan dan mencabik pakaian kedua orang tersebut.
Namun ada yang unik kali ini, Rangga tampak berdiri ditempatnya semula sedangkan Virgu terdorong beberapa meter ke belakang dan hampir menambar para murid yang menonton di belakangnya.
"Siaaalaaaan!!"
Seakan harga dirinya sebagai seorang jenius mulai terkikis, pemuda ini bahkan kembali menggila dan bahkan mulai menggunakan artefak yang ia miliki.
Memang, dibanding dengan Rangga yang hanya menonton dan berlatih, tuan muda ini memiliki keuntungan yang jauh lebih banyak. Dia selalu diberikan ramuan tingkat tinggi untuk membantu penggunaan tenaga dalamnya, dan dia juga mendapatkan beberapa artefak yang bisa dikatakan tidak adil jika digunakan melawan orang yang setingkat atau dibawahnya.