Mentari mulai sampai ke peraduannya kala itu. Sinarnya yang berwarna jingga saat itu terlihat sangat indah seakan ingin memperlihatkan dominasi yang kuat akan makhluk hidup yang bergantung padanya. Dedaunan lebat pepohonan pun ikut berubah warna dan terlihat sangat indah.
Matahari hampir terbenam, seharusnya orang-orang mulai menghentikan kegiatannya dan pergi beristirahat untuk menyambut hari esok dengan lebih semangat. Namun hal tersebut tampaknya tidak berlaku bagi beberapa orang yang tengah berkumpul di dalam hutan di bawah lebatnya dedaunan yang menghalangi sinar mentari.
Di sana terlihat tiga orang pemuda berpakaian serba hitam. Salah satu di antara mereka memiliki tubuh yang amat besar dan kekar namun dengan tampang yang tidak terlalu menakutkan. Sedangkan dua temannya bertubuh ceking namun dengan muka penuh berewok yang sangat tidak cocok dengan penampilan fisiknya.
Mereka bertiga bukanlah sedang kumpul kebo atau sekedar membicarakan bunga desa dari desa sebelah. Namun mereka tampak sedang mengepung seorang gadis cantik di sana. Gadis yang mereka kepung memakai rok selutut dan mengenakan sebuah selendang sutra di lehernya. Ah, apakah gerombolan ini ingin melakukan hal mesum? Soalnya ada pepatah kuno yang mengatakan “Jangan salahkan pria yang jelalatan, jika wanitanya saja tidak menutup tubuhnya”.
Tidak, ini bukan sekedar keinginan mesum. Tiga orang ini memiliki sebuah misi, dan tujuan dari misi mereka adalah apa yang dimiliki oleh gadis tersebut. Sebuah misi yang mempertaruhkan leher mereka dan tentu jauh lebih penting dibanding menikmati tubuh molek gadis tersebut. Harusnya begitu, Cuma ketiga orang ini tampaknya sudah sangat sedeng dan kehilangan akal sehat mereka saking banyaknya melakukan kejahatan.
“Wehehehe... kang Sutra tampaknya kita akan makan enak malam ini” ujar pria ceking berwajah tirus pada si besar yang bernama Sutra tersebut.
“Betul sekali Hamdani, jika misi ini selesai kita bisa menikmati hidup dengan tenang” kini giliran si ceking dengan wajah bulat yang menimpali perkataan temannya.
“Gadis kecil silakan pilih, kau ingin digauli dulu atau menyerahkan bunga itu dulu? Hehehe... saranku lebih baik kau memilih yang menyenangkan dulu” ujar si pria kekar sambil menjilati bibirnya seakan sedang melihat santapan yang sangat enak.
“Bajingan!! Aku tidak akan menyerahkan keduanya” teriak gadis yang sudah dikepung tersebut.
Tampaknya perilaku pelecehan tersebut membuatnya tidak bisa lagi menahan emosinya untuk segera mencabik-cabik bajingan yang ada di sana. Tangannya sudah gemetar ingin menanamkan tinju pada wajah jelek ketiga pengepung ini.
“Ahahahaha... Nona, kita sama-sama berada pada Tahap Pelepasan Jiwa, dan kau kalah jumlah nona manis”
“Iya manisssss”
“Setan” maki gadis tersebut yang tampaknya tidak punya rencana untuk mengalah.
Apa yang dikatakan pria tirus dan pria kekar itu memang benar. Jika satu lawan satu sebenarnya dia masih punya peluang untuk menang. Namun jika harus melawan mereka sekaligus, maka dia hanya akan jadi bulan-bulanan karena mereka berada pada tingkatan tenaga dalam yang sama.
“Ah.. jangan buang-buang waktu kami lagi” ujar pria kekar yang bernama Sutra tersebut.
Ia langsung mencoba menarik selendang gadis tersebut yang untungnya dapat dihindari.
“Tidak akan” ujar gadis tersebut sambil melepaskan tendangan ke atas untuk menahan tangan Sutra barusan.
“Beraninya!! Hamdani , Surotno hajar dia!! Kita akan menikmatinya saat ia pingsan” perintah Sutra yang marah karena tangannya ditendang barusan.
“Deshhh..”
Kedua orang tersebut langsung melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah gadis tersebut. Serangan-serangan mereka bukanlah bertujuan untuk membunuh melainkan untuk melumpuhkan target. Mereka sendiri melakukannya bukan atas dasar kemanusiaan, namun demi rencana tahap dua mereka.
“Bersenang-senang dengan gadis baru matang”
“Bughhh”
Setelah bertukar lima jurus, kini gadis itu yang balik menyerang dan terlihat mendominasi. Dia bahkan berhasil menyarangkan tinju pada Hamdani yang membuat pria tirus itu mundur beberapa tombak kebelakang.
“Kanng Sutra, dia tidaklah lemah” ujar Hamdani sambil meringis memegang perutnya yang terasa diaduk dengan cukup parah.
“Aku tahu, jurus yang ia lakukan adalah jurus tingkat empat milik perguruan Sabit Putih...”
“Untuk orang yang akan mati, kau cukup banyak tahu juga ya.. heh” hina gadis tersebut setelah berhasil menyarangkan tinju diperut Surotno mengikuti jejak rekannya sebelumnya.
“Hahahaha..... wanita liar memang lebih menarik” tawa Sutra sambil menjilati bibirnya kembali. Kali ini mata jalangnya tampak bergerak seolah sedang memeriksa tubuh gadis itu jengkal demi jengkal.
“Bagus.. Bagusss” ujarnya sambil terus melihat dengan ekspresi mesumnya.
“Jauhkan matamu dariku bajingan!!!”
Tidak tahan dilecehkan terus menerus, gadis itu akhirnya berinisiatif untuk menyerang Sutra walau instingnya mengatakan untuk tidak melakukannya.
“Dessh!!”