IBLIS BERTOPENG GURU BESAR

Rizki Ramadhana
Chapter #5

Tanggapan yang Terlambat

"Hai Rye, saya baru saja melihat proposalmu. Secara umum, sudah bagus, tapi perlu beberapa perbaikan kecil. Nanti kita diskusikan lebih lanjut," suara Tossy terdengar dari pesan suara yang Rye dengarkan berulang kali. Ia tak percaya setelah berminggu-minggu menunggu, ini adalah satu-satunya tanggapan yang ia dapatkan. Tidak ada penjelasan, tidak ada panduan yang jelas. Hanya komentar singkat yang hampir tidak membantu apa-apa.


Rye menatap layar ponselnya dengan pandangan kosong, pikirannya berkelindan. "Perbaikan kecil? Apa maksudnya?" Ia sudah menghabiskan begitu banyak waktu menyempurnakan proposalnya, berharap mendapatkan bimbingan yang lebih mendalam. Tanggapan Tossy hanya menambah rasa frustrasi yang sudah lama ia pendam.


Dengan berat hati, Rye membuka kembali proposal penelitiannya. Setiap kalimat yang ia baca sekarang terasa seperti beban. Ia tidak tahu di mana letak "perbaikan kecil" yang dimaksud Tossy. Tanpa arahan yang jelas, semuanya tampak kabur.


Rye menggerakkan kursor di layar, mencoba merenungkan bagian mana yang mungkin harus diperbaiki. “Mungkin di bagian metodologi?” bisiknya pelan. Tapi bahkan bagian itu telah ia periksa berulang kali sebelumnya. Ia mulai merasa kebingungan yang semakin dalam. Rasa frustasi makin tumbuh di dalam dirinya, namun ia berusaha menahan emosinya.


Di perpustakaan yang sepi, Rye mencoba menjaga fokus. Ia tidak ingin menyerah begitu saja, meskipun tanggapan Tossy tidak seperti yang ia harapkan. Ia tahu bahwa ini adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, tetapi tetap saja, tanpa bimbingan yang jelas, rasanya seperti melangkah di atas pasir yang terus bergeser.


Beberapa hari kemudian, setelah berusaha memperbaiki beberapa bagian dari proposalnya tanpa panduan yang pasti, Rye memutuskan untuk mengirimkan email kepada Tossy.


"Pak Tossy, terima kasih atas tanggapan Bapak. Namun, saya masih agak bingung dengan bagian mana yang perlu diperbaiki. Bisakah Bapak memberikan lebih banyak detail terkait poin-poin yang harus saya revisi?"


Ia menekan tombol kirim dengan harapan mendapat penjelasan yang lebih baik. Namun, dalam hati, Rye tahu bahwa jawabannya mungkin tidak akan datang dengan cepat. Dan benar saja, beberapa hari berlalu tanpa ada respons. Rye semakin terperosok dalam ketidakpastian, tetapi ia terus berusaha.


Keesokan harinya, Rye memutuskan untuk berkumpul dengan teman-temannya di kafe kampus. Ia berharap, setidaknya, berbicara dengan orang lain dapat mengurangi rasa frustrasinya. Saat duduk di meja bersama Awan dan beberapa teman lainnya, Rye menceritakan keluhannya.


Lihat selengkapnya