IBLIS BERTOPENG GURU BESAR

Rizki Ramadhana
Chapter #12

Curhat dengan Teman

Di tengah kebingungannya, Rye merasa semakin terisolasi. Ia tidak tahu lagi harus mencari bimbingan dari siapa, karena Tossy tidak pernah memberikan respons yang berarti. Rasa frustrasi yang selama ini ia simpan mulai terasa terlalu berat untuk ditanggung sendiri. Suatu sore, saat matahari mulai tenggelam di balik gedung kampus, Rye memutuskan untuk membuka diri kepada teman-temannya.


Di sebuah kafe kecil dekat kampus, Rye bertemu dengan Awan, Mira, dan beberapa teman lainnya yang juga sedang berjuang menyelesaikan studi doktoral mereka. Udara sore itu sejuk, tetapi hati Rye terasa penuh dengan beban.


“Gue bener-bener udah sampai batasnya, guys,” Rye membuka percakapan, menatap cangkir kopinya yang belum ia sentuh. “Gue udah nggak bisa lagi nahan frustrasi ini. Tossy benar-benar nggak ngasih gue bimbingan apa-apa. Bahkan untuk sekedar balas email aja, dia nggak ada waktu.”


Mira, yang duduk di sebelah Rye, menatapnya dengan penuh empati. “Kamu nggak sendiri, Rye. Gue juga ngalamin hal yang hampir sama dengan profesor gue, meskipun mungkin nggak separah lo. Bimbingannya minim banget, cuma formalitas. Setiap kali gue tanya, jawabannya selalu ‘nanti kita bahas,’ tapi nggak pernah bener-bener dibahas.”


Awan mengangguk setuju. “Iya, Rye, gue juga ngalamin hal serupa. Profesor gue sering banget batalin pertemuan. Gue jadi ngerjain semuanya sendiri, bahkan untuk hal yang gue nggak yakin. Gue sempet mikir buat ngelapor, tapi gue takut malah berantakan.”


Rye menatap mereka, sedikit terkejut mendengar bahwa mereka juga mengalami masalah serupa. Selama ini, ia merasa dirinya sendirian menghadapi situasi ini. Tapi kini, ia sadar bahwa banyak mahasiswa lain yang juga menghadapi kesulitan dengan para profesor yang terlalu sibuk atau kurang peduli.


“Gue udah sempet pikirin buat lapor ke pihak kampus,” ujar Rye dengan suara pelan, meski ragu. “Tapi, gue juga takut itu malah memperburuk keadaan. Tossy bisa makin nggak suka sama gue, dan risikonya penelitian gue makin molor.”


Mira menatap Rye dengan serius. “Tapi, Rye, lo nggak bisa terus-terusan kayak gini. Lo harus bertindak. Kalau lo biarin, Tossy bakal terus-terusan ngulur-ngulur waktu, dan itu nggak adil buat lo. Lo bayar SPP, lo punya hak untuk dapet bimbingan yang layak.”


Lihat selengkapnya