IBLIS BERTOPENG GURU BESAR

Rizki Ramadhana
Chapter #13

Laporan Formal

Rye duduk di meja kecil di perpustakaan kampus, laptop terbuka di depannya. Di layar, email yang baru saja ia kirim kepada pihak universitas masih terlihat di layar, surat formal yang ia ajukan sebagai keluhan resmi terhadap Tossy. Setelah berminggu-minggu menimbang, akhirnya Rye mengambil keputusan untuk melaporkan promotor yang tak kunjung memberikan bimbingan.


Ia berharap universitas dapat mengambil tindakan. Namun, sejak surat itu dikirimkan, Rye merasa perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia merasa lega karena sudah melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah ini. Namun di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan kekhawatiran bahwa laporannya akan memicu masalah yang lebih besar atau bahkan membuat hubungan akademisnya dengan Tossy semakin buruk.


Satu minggu berlalu, dan Rye masih menunggu tanggapan dari universitas. Setiap kali ia membuka email, selalu ada rasa cemas yang menghantui. Ia berharap pihak kampus akan menanggapinya dengan cepat, tetapi sejauh ini tidak ada tanda-tanda respons yang signifikan. Rye semakin gelisah. Ia tahu birokrasi bisa lambat, tapi ia tidak menyangka bahwa proses ini akan berjalan sepelan ini.


Suatu siang, ketika Rye sedang makan siang bersama teman-temannya di kantin, ia memutuskan untuk membicarakan apa yang telah ia lakukan. "Gue udah laporin Tossy secara resmi ke pihak kampus," kata Rye, membuka pembicaraan dengan nada datar.


Awan, yang duduk di seberang Rye, mengangguk paham. "Itu langkah yang tepat, Rye. Tapi, gimana tanggapan mereka? Udah ada kabar?"


Rye menggeleng pelan, memandang nasi goreng di piringnya tanpa selera. "Belum. Gue udah kirim surat seminggu yang lalu, tapi sampai sekarang belum ada balasan. Gue takut ini bakal makan waktu lama."


Mira, yang duduk di samping Awan, menatap Rye dengan penuh perhatian. "Universitas kadang memang lambat kalau urusan birokrasi. Tapi, lo udah ngelakuin hal yang benar. Setidaknya lo udah ambil tindakan, daripada cuma nunggu tanpa kepastian."


Rye menghela napas panjang, mencoba mencerna kata-kata Mira. "Iya, tapi gue khawatir. Kalau mereka nggak bertindak cepat, penelitian gue bakal makin terhambat. Dan gue nggak tahu gimana hubungan gue sama Tossy nanti setelah ini."


"Lo nggak bisa mikirin hubungan sama Tossy terus, Rye," Awan menimpali. "Dia udah lama nggak ngasih lo bimbingan. Kalau universitas tahu masalah ini, mereka seharusnya bisa nyari solusi yang terbaik buat lo. Mereka pasti nggak akan tinggal diam."


Lihat selengkapnya