Setelah berminggu-minggu menunggu dan berkali-kali menghadapi ketidakpastian, akhirnya Rye berhasil mengatur pertemuan dengan Tossy. Rye berharap ini adalah momen yang bisa membawa perubahan. Dengan semua frustrasi yang ia rasakan, ia menaruh harapan terakhirnya pada pertemuan ini, berharap Tossy bisa memberikan arahan yang jelas atau setidaknya menunjukkan bahwa ia masih peduli dengan kemajuan penelitian Rye.
Pagi itu, Rye tiba lebih awal di ruang kantor Tossy, duduk dengan gugup di kursi tunggu. Di tangannya ada proposal yang sudah berkali-kali ia revisi sendiri tanpa bimbingan, dan sebuah catatan kecil penuh dengan pertanyaan dan masalah yang ia harapkan bisa dibahas selama pertemuan. Rye merasa tegang, tetapi tetap memegang harapan bahwa kali ini situasinya akan berbeda.
Lima belas menit berlalu, kemudian tiga puluh menit. Tossy belum juga muncul. Rye mulai gelisah. Apakah ini akan seperti sebelumnya—pertemuan yang dibatalkan pada menit terakhir? Namun, tepat satu jam setelah waktu yang dijadwalkan, Tossy akhirnya datang. Dengan langkah terburu-buru, Tossy memasuki ruang kantornya, terlihat lelah dan tidak fokus.
“Maaf, Rye. Saya tadi ada rapat mendadak. Ayo, langsung kita mulai,” Tossy berkata tanpa banyak basa-basi.
Rye mencoba menghilangkan kekecewaannya karena Tossy datang terlambat. "Tidak apa-apa, Pak. Saya sudah siapkan beberapa poin yang ingin saya diskusikan mengenai proposal saya. Ada banyak hal yang perlu bimbingan Bapak," Rye berkata sambil menyerahkan catatan yang sudah ia susun rapi.
Tossy membuka proposal yang Rye serahkan, tapi hanya melihatnya sekilas. Kemudian, Tossy meletakkan proposal itu di mejanya tanpa benar-benar memeriksa lebih dalam. "Ya, ya, nanti kita akan lihat lebih detail. Tapi untuk saat ini, saya kira tidak perlu buru-buru. Penelitian kamu masih dalam jalur yang benar."
Kata-kata Tossy seperti tamparan bagi Rye. Bagaimana bisa Tossy mengatakan bahwa semuanya dalam jalur yang benar, padahal ia tahu betul bahwa penelitian ini hampir tidak maju sama sekali selama berbulan-bulan?
“Tapi Pak, saya benar-benar butuh bimbingan. Ada banyak bagian yang saya tidak yakin dan butuh arahan lebih lanjut. Saya juga merasa penelitian ini semakin tertinggal,” Rye mencoba menahan emosinya, namun suaranya terdengar tegang.