IBLIS BERTOPENG GURU BESAR

Rizki Ramadhana
Chapter #24

Mencari Keadilan

Pagi itu, Rye bangun dengan tekad baru. Setelah malam-malam penuh refleksi, ia tahu satu hal yang pasti: ia tidak bisa lagi diam dan hanya menunggu. Tossy harus bertanggung jawab atas tindakannya—atau lebih tepatnya, atas ketidakberdayaannya. Rye sudah terlalu lama menunggu pertemuan yang tak pernah terjadi, janji yang tak pernah ditepati, dan waktu yang terus terbuang percuma. Kali ini, Rye ingin memastikan bahwa keadilan ditegakkan.


Langkah pertama yang ia ambil adalah mempersiapkan diri dengan lebih baik. Rye mulai mengumpulkan semua bukti yang mendukung laporannya kepada universitas. Ia tahu bahwa hanya mengandalkan keluhan formal tidak akan cukup, dan ia membutuhkan bukti konkret yang bisa menunjukkan bahwa Tossy telah lalai dalam tugasnya sebagai promotor.


Di ruang tamu apartemennya, Rye duduk di depan laptop, membuka kembali email-email lama yang pernah ia kirimkan kepada Tossy. Setiap janji yang ditunda, setiap pertemuan yang dibatalkan, semuanya ia kumpulkan dan disusun dengan rapi. Setiap kali Tossy menunda pertemuan tanpa alasan yang jelas, Rye menyimpan percakapan itu sebagai bukti.


"Mungkin ini akan memakan waktu, tapi gue nggak akan mundur," Rye bergumam sambil mengklik beberapa email dan menyimpannya ke dalam folder khusus. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini bukan hanya tentang penelitiannya lagi. Ini tentang menuntut pertanggungjawaban atas ketidakadilan yang selama ini ia alami.


Beberapa jam kemudian, ponselnya bergetar. Pesan dari Awan masuk. 


Awan: “Rye, gue denger lo mulai ngumpulin bukti buat kasus lo sama Tossy. Lo beneran mau lawan dia?”


Rye mengetik balasan singkat. Rye: “Iya, Wan. Gue nggak bisa terus diem dan biarin ini berlanjut. Tossy udah terlalu lama nggak ngasih bimbingan yang gue butuhin. Gue mau dia bertanggung jawab.”


Tak lama kemudian, balasan Awan datang. Awan: “Gue salut sama lo, Bro. Tapi lo juga harus siap mental. Urusan kayak gini bisa panjang, dan lo harus tetap fokus sama penelitiannya juga.”


Rye tersenyum tipis. Kata-kata Awan benar. Perjuangan ini mungkin akan memakan waktu dan energi, tetapi Rye tidak ingin menyerah lagi. Dia tahu, dia harus menegakkan keadilan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mahasiswa lain yang mungkin mengalami hal serupa.

Lihat selengkapnya