Pagi itu, Rye duduk di luar gedung administrasi universitas dengan perasaan campur aduk. Setelah berminggu-minggu menunggu, akhirnya universitas memanggilnya untuk mendiskusikan laporan formal yang ia ajukan mengenai Tossy. Meskipun ia merasa sedikit lega karena laporannya mulai mendapatkan perhatian, ada kekhawatiran yang tak bisa ia hilangkan. Apakah pertemuan ini akan membawa perubahan nyata? Atau hanya sekadar formalitas tanpa tindakan?
Dengan napas dalam, Rye berdiri dan melangkah masuk ke gedung, melewati koridor yang sunyi. Ia menuju ruang pertemuan di lantai dua, tempat yang ditentukan oleh pihak universitas. Ketika ia tiba di depan pintu, hatinya berdebar-debar. Ia mengetuk pintu perlahan, dan seorang staf administrasi mempersilakan masuk.
“Selamat pagi, Saudara Rye. Silakan duduk,” kata seorang anggota komite peninjauan yang duduk di ujung meja panjang. Di ruangan itu ada tiga orang—staf dari bagian akademik, seorang perwakilan dari dekanat, dan seorang dosen senior yang ditugaskan untuk menangani kasus ini.
Rye mengambil tempat duduk, berusaha menenangkan diri. “Terima kasih, Pak. Saya sudah siap untuk mendiskusikan laporan saya.”
Anggota komite utama, seorang pria paruh baya dengan raut wajah serius, membuka pertemuan. “Kami sudah meninjau laporan yang Anda ajukan, termasuk bukti-bukti yang Anda kumpulkan. Kami juga sudah mulai memverifikasi beberapa poin dengan pihak terkait, termasuk Profesor Tossy. Namun, seperti yang Anda ketahui, proses ini tidak bisa berlangsung cepat. Kami harus memastikan semua informasi diverifikasi dengan benar.”
Rye mengangguk pelan. Ia sudah menduga hal ini. “Saya mengerti, Pak. Tapi saya berharap ada kejelasan dalam waktu dekat. Penelitian saya tertunda cukup lama karena kurangnya bimbingan dari Profesor Tossy, dan saya benar-benar butuh kepastian untuk bisa melanjutkan.”
Staf dari bagian akademik, seorang wanita dengan senyum ramah, angkat bicara. “Kami memahami kesulitan yang Anda hadapi, dan kami ingin memastikan bahwa proses ini berjalan seadil mungkin. Laporan Anda cukup detail, dan bukti-bukti yang Anda ajukan memberikan gambaran yang jelas tentang situasinya. Namun, seperti yang sudah disampaikan, ada beberapa tahap yang harus kami lalui sebelum kami bisa mengambil tindakan lebih lanjut.”
Rye menatap mereka dengan cermat, mencoba membaca situasi. Ia merasa bahwa meskipun mereka mendengarkannya dengan serius, proses birokrasi ini akan tetap berjalan lambat. Namun, setidaknya kali ini, suaranya mulai didengar.
“Apakah ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk mempercepat proses ini?” tanya Rye. “Saya hanya ingin penelitian saya bisa bergerak maju.”