Hari Senin pagi, Rye tiba di gedung administrasi kampus. Di satu sisi, ia merasa sedikit lega karena universitas akhirnya merespons petisi mereka, tetapi di sisi lain, ia sadar bahwa ini baru permulaan. Perjuangan yang ia dan teman-temannya mulai masih panjang, dan ia tahu bahwa tidak ada jaminan perubahan akan segera terjadi.
Di ruang pertemuan yang cukup besar, Rye duduk bersama Nara, Mira, dan Dimas. Mereka bertiga ditunjuk sebagai perwakilan untuk berbicara dengan pihak universitas. Di depan mereka, beberapa anggota dewan akademik duduk dengan sikap serius, salah satunya adalah Wakil Rektor bidang Akademik.
"Selamat pagi, Saudara Rye dan rekan-rekan mahasiswa," buka Wakil Rektor dengan nada formal. "Kami memahami bahwa Anda telah menyampaikan petisi yang cukup serius terkait promotor yang bermasalah. Kami ingin menegaskan bahwa universitas mendengar kekhawatiran Anda dan akan segera menindaklanjuti."
Mendengar itu, Rye merasa sedikit lega. Namun, ia juga tahu bahwa kata-kata saja tidak cukup. Mereka membutuhkan tindakan nyata. Ia merapatkan tangannya di atas meja, siap mendengarkan apa yang akan disampaikan lebih lanjut.
"Kami telah memulai penyelidikan internal terhadap beberapa promotor yang dilaporkan, termasuk Profesor Tossy," lanjut Wakil Rektor. "Kami akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap cara mereka menjalankan tugas sebagai promotor. Namun, proses ini membutuhkan waktu, karena kami harus memastikan semua pihak diberi kesempatan untuk memberikan klarifikasi."
Nara, yang duduk di sebelah Rye, langsung menanggapi. "Terima kasih atas responsnya, Pak. Tapi kami ingin menekankan bahwa banyak dari kami yang sudah menunggu terlalu lama untuk mendapatkan bimbingan yang layak. Kami berharap investigasi ini tidak berlarut-larut, karena masa depan akademis kami sangat tergantung pada kecepatan penanganan masalah ini."
Wakil Rektor mengangguk. "Kami memahami urgensi Anda. Itulah mengapa kami memprioritaskan kasus ini. Selain itu, kami juga akan membuka kanal komunikasi langsung dengan mahasiswa yang terlibat agar mereka bisa melaporkan perkembangan atau hambatan yang mereka alami selama proses ini berjalan."
Mira, yang tampak sedikit cemas, ikut angkat bicara. "Pak, selain investigasi, apakah ada langkah-langkah yang bisa diambil dalam waktu dekat? Misalnya, apakah ada kemungkinan untuk menunjuk co-promotor sementara, agar penelitian kami tidak sepenuhnya terhenti?"
Pertanyaan Mira membuat suasana di ruangan sedikit tegang. Rye tahu bahwa ini adalah salah satu kekhawatiran terbesar mereka semua—bagaimana mereka bisa melanjutkan penelitian jika promotor utama mereka tidak kooperatif.