Pagi itu, Rye duduk di mejanya dengan secangkir kopi hangat di samping laptop yang terbuka. Matahari baru saja terbit, menyinari kamarnya dengan lembut. Di luar jendela, suara burung-burung berkicau, seolah-olah mengiringi hari baru yang penuh harapan. Meski tekanan dari masalah dengan Tossy belum sepenuhnya hilang, Rye merasakan sesuatu yang berbeda hari ini—sebuah harapan baru yang perlahan tumbuh setelah beberapa minggu terakhir penuh ketidakpastian.
Universitas sudah mulai merespons petisi mereka. Investigasi sedang berjalan, dan beberapa promotor yang bermasalah, termasuk Tossy, sedang diperiksa. Meskipun belum ada tindakan nyata, Rye tahu bahwa langkah ini sudah merupakan kemajuan besar dibandingkan dengan stagnasi yang ia rasakan selama berbulan-bulan.
Dia membuka draf penelitiannya, yang selama ini terhenti di tengah jalan akibat ketidakjelasan bimbingan dari Tossy. Dengan semangat baru, ia mulai membaca ulang apa yang sudah ia kerjakan, mencatat bagian-bagian yang perlu direvisi dan mencari referensi baru. Rye menyadari bahwa, meskipun masih menghadapi tantangan besar, ia tidak boleh berhenti di tengah jalan. Perjuangan ini bukan hanya soal mendapatkan keadilan dari universitas, tetapi juga tentang menyelesaikan apa yang telah ia mulai.
Beberapa jam berlalu, dan Rye tenggelam dalam pekerjaannya. Dia menulis dengan lebih lancar, lebih fokus daripada sebelumnya. Meskipun masih ada bayang-bayang ketidakpastian terkait hasil investigasi, Rye menemukan kembali semangat untuk menyelesaikan penelitiannya. Kali ini, ia tidak merasa sendiri—ada teman-teman yang mendukungnya, dan universitas yang mulai bertindak.
Saat sedang asyik bekerja, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Profesor Andika masuk.
Profesor Andika: "Rye, saya sudah melihat draf terbaru yang kamu kirimkan. Ada beberapa perbaikan yang sangat baik. Saya rasa kamu sudah berada di jalur yang benar. Kita bisa jadwalkan pertemuan untuk diskusi lebih lanjut."
Rye tersenyum kecil membaca pesan itu. Bantuan dari Profesor Andika selama beberapa minggu terakhir benar-benar menjadi penyelamat bagi penelitiannya. Meskipun Tossy masih menghindar, kehadiran Profesor Andika memberi Rye arahan yang jelas, sesuatu yang selama ini ia butuhkan.
Rye: "Terima kasih banyak, Pak. Saya merasa lebih fokus sekarang. Kapan kita bisa diskusi lebih lanjut?"
Balasan dari Profesor Andika datang cepat. Profesor Andika: "Bagaimana kalau besok sore di ruang kerja saya? Kita bisa bahas bagian diskusi yang masih perlu diperbaiki."
Rye setuju dan mengatur jadwal pertemuan. Dengan perasaan yang lebih ringan, ia kembali fokus pada pekerjaannya, merasa bahwa setiap langkah kecil yang ia ambil membawa dirinya lebih dekat pada tujuan akhirnya.