Iblis Tidak Butuh Pengikut

Bentang Pustaka
Chapter #2

Kata Pengantar oleh Helmi Mustofa

Di antara semua tulisan Cak Nun yang terus bergulir, diresapi, dan dipetik manfaatnya oleh pembaca sampai saat ini, kita bersyukur bahwa dari tangan beliau mengalir lagi sesuatu yang baru. Tulisan-tulisan yang beliau sebut “Daur”.

Kita bersyukur bahwa dengan perspektif manfaat dan jariah ilmu, Cak Nun tetap istikamah dan tak pernah berhenti melakukan berbagai hal, mulai dari pemikiran, permenungan, dan analisis hingga formula-formula kultural lainnya yang dalam konteks sosial mampu memberikan manfaat.

Terbitnya Daur ini merupakan salah satu wujud terus mengalir dan bergetarnya cipratan manfaat serta jariah ilmu dari Cak Nun. Belakangan, oleh anak-anak muda yang tersebar di berbagai daerah dengan beragam latar belakang dan identifikasi, sosok Cak Nun lebih sering dipanggil Mbah Nun. Sapaan yang semakin menempatkan beliau sebagai mata air ilmu kehidupan bagi mereka.

Melalui berbagai forum dan media, anak-anak muda tersebut berproses dalam mengasah diri dan menimba ilmu dari mata air itu, kemudian melingkarinya. Salah satunya melalui www.caknun.com. Pada situs tersebut, terdapat rubrik “Daur” yang sekuel pertamanya ini sedang berada di tangan Anda semua. Pada mulanya, kepada merekalah—Cak Nun menyebut meraka “Anak-Cucu dan JM (Jamaah Maiyah)”—tulisan-tulisan “Daur” ini ditujukan. Artikel tersebut terbit secara rutin setiap hari, mulai dari 3 Februari hingga 7 Desember 2016, dan mencapai 309 tulisan.

Melalui “Daur”, yang berbeda sifatnya dengan tulisan Cak Nun lainnya yang bersifat siap santap, Cak Nun hendak mengajak mereka memasuki metodologi pembelajaran hidup yang lebih meningkat lagi levelnya.

Lihat selengkapnya