Ibu, 150 Hari

Artie Ahmad
Chapter #3

Januari, Tahun Ini

Ibu menyambut kedatanganku dengan antusias. Kaki kanannya belum sembuh benar, tapi kepulanganku seolah menjadi penawar. Dia memelukku dengan begitu lama. Kangen sudah berbulan-bulan tak bertemu dengan anak bungsunya. 

“Makanlah, Ibu sudah masak pesmol munjair kesukaanmu.” 

Wajah Ibu berbinar. Tak ada raut kesedihan di wajahnya, tak ada raut kesakitan seperti di bayangan kepalaku, padahal baru tiga hari Ibu keluar dari rumah sakit. 

“Ibu sudah sembuh?” aku berjalan mengikuti Ibu ke dapur. 

“Sudah. Cuma kaki sering nyeri. Mbakyumu sering datang ke sini, periksa Ibu.” 

Nilam, kakak keduaku memang sudah seharusnya membantu menjaga Ibu. Dari kami tiga bersaudara, hanya kakak keduaku itu yang menghabiskan banyak uang untuk kuliah. Dia mengambil kedokteran gigi, biaya kuliahnya dulu melejit tinggi. Sangat mahal. Namun Bapak atau Ibu tidak pernah mengeluh karena membiayai kakakku itu. Seperti yang sering dilakukan Demas, ada waktu aku juga merasa jengkel dengan Nilam, ada banyak waktu dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan mengesampingkan Ibu, ditambah lagi setelah dia menikah dan punya anak. Mendengar kakak perempuanku sering berkunjung, aku merasa itu perkembangan yang baik dalam kakakku memberikan perhatian kepada Ibu. 

Ibu memperlihatkan masakan pesmol munjair di dalam wajan berukuran cukup besar. Rajangan timun dan wortel terlihat menggoda. 

“Makanlah. Terus mandi,”

“Aku harus mandi dulu, Bu.”

“Jangan! Makan dulu baru mandi!” 

Ibu memaksaku duduk di kursi. Buru-buru dia mengambilkan sepiring nasi, ditaruhnya nasi itu di depanku. Kemudian dengan mangkuk berukuran sedang, pesmol munjair sarat dengan wortel dan rajangan timun ditaruh di samping piring. Dengan cekatan Ibu juga mengambilkan air putih untuk minum.

“Tadi Ibu ditanya Bu Ganjar, kenapa kok beli munjair banyak. Ibu bilang kalau Lilin akan pulang,”

Aku mengunyah nasi dengan lauk pesmol. 

“Bu Ganjar?”

“Iya, istrinya Pak Ganjar itu lho!” 

Aku mengernyitkan kening. Maksudku bukan itu, tapi siapa itu Bu Ganjar? Setahuku, kami tidak memiliki tetangga bernama Ganjar. 

Lihat selengkapnya