Ibu peng asuh leon baskara

Fadil al fausan
Chapter #2

per temuan yang di takdir kan



Hari ini gue ber aktifitas. Seperti gadis tuna wisma lain, aku mendorong kursih roda menuju gerbang kecil dengan cet biru tua nya yang kas. Sembari membiar kan anak panti lain asik bermain. Ku tarik nafas berat sejenak membayang kan, kemung Kinan hal yang terjadi di balik tembok yang membatasi diri ku salama 18 th


"Ka...kinati! Tunggu!!"


Suar seorang dari arah belakang membuat gue sedikit ter sentak 


Kini sorang boca lelaki bertubu gempal mengguna kan kous tebal dengan kacamata mines, menatap ku penu tanya


Kata nya yang ter bata-bata akibat ke lelahan serta tarikan nafas taber, aturan menbuat ku mengerut kan dahi bingung


Ta, butu waktu lama suara lembut kas seorang boco pada usia nya menya pa gendang telinga ku kembali


"Kaka kinati mu kemana? "


Bibir ku meleng kungkan senyum tipis dengan tatapan fokus pada boca itu 


"Kaka mau ke depan se bentar ada berapa barang yang mau di beli" 


"Oh mm, leon boleh nitip gak" Kata boco itu lagi sedikit ragu juga malu-malu


Aku mengguk pelan 


Bocah itu terdiam sejenak sembari merogo kantong celana waja nya terliat panik saat tamen dapati apa yang di cari nya 


Kapala boca di hapan ku itu ter tunduk lesu se ketika, itu juga butir air mata menetes. Pipi nya yang mirip adonan bapou Enta, apa penyebap nya dengan suara rendah aku men coba bertanya apa gerangan iya nampak sedih


"Hei dapa kenapa kau terliat murung? hem, " Ujar ku menatap nya lekat 


Anak itu mengara kan pandangan rurus lalu tersenyum kecil. Aku mencoba men cerna raut waja polos itu 


"Seber nya ku ingin nitip buku gambar ka, dan juga pengsil tapi... 


Ucap nak itu terjeda saat bu Dewi bersuara membuat nya berlari meningal kan ku yang masih terpaku di tempat


Bu Dewi menatap nya sekilas lalu berali ke arah ku 


" Nak, kamu udah beli yang tadik ibu pesan! soal nya ibu udah mau gunain kamu tau sendiri pakean pada numpuk di belakang" 


"Belum buk nijuga saya mau pergi ko"


Tampa aba-aba aku kembali mengayun kan kedua roda. 


Salang perapa menit aku sampai di sebua toko yang memang tak ter lalu jau 


Manik kecil mata ku memandang setiap barang yang di susun pada sebua rak panjang jendela kaca menjadi pembatas toko. Aku mendekati sebua pintu lalu menggeser pelan meskipun sedikit kesulitan. 


Tanpa bisah ku duga tiba saja tangan seorang peria asing secara mendadak, bersen Tuhan, dengan ku saat iya ingin memasuki toko dengan tergesah-gesah 


Lihat selengkapnya