Blurb
Semenjak kematian ibunya, Mahendra selalu menghitung hari, sehari setelah kematian, tujuh hari, seratus hari, seribu hari, bahkan sampai sekarang. Setiap hari dia berbicara dengan Hesti, sosok di dalam cermin yang lahir dari khayalan Mahendra.
Mahendra seorang penulis. Ia rutin mengirim tulisan melalui surel kepada Hesti tentang banyak hal seperti prosesi tedaksiti, serta kisah sewaktu sang kakek meninabobokan Mahendra saat kecil di bawah rumpun bambu kuning, tentang kemarahan yang meruap-ruap di dada Mahendra, serta keinginan bunuh dirinya. Ia membeberkan banyak rencana, berbagai kegiatan untuk mengatasi kekosongan jiwa. Sebab selama ini ia menyalahkan diri, trauma terhadap rumah sakit, karat, dan tetanus karena jadi penyebab sang ibu meninggal.
Bagaimana dia mengatasi kehampaan setelah ditinggal pergi orang terkasih? Apa dia akan tetap menulis, atau justru memotong tangan, membutakan matanya, dan menjadi kepompong berusia pendek?
Terinspirasi dari kejadian-kejadian nyata dalam hidup penulis.