Dia seperti melupakan jati dirinya, seekor baburu—kelelawar kecil, dia menciptakan lagi dirinya yang lain bernama kalong, atau kelelawar besar. Dia bukan Batman, tokoh superhero kaya raya. Namun, agaknya Mahendra sadar, krisis-krisis di hidupnya makin menjadi gila semenjak kepergian ibunya. Dia melewati beberapa hari penuh kebahagiaan bersama ibunya, melewati beberapa hari penuh kehampaan tanpa ibunya, semua-semua itu terjadi di dalam khayalannya semata, menciptakan tokoh Hesti, berbicara di depan cermin.
Saat itu Yoga datang, ia bertandang ke rumah Mahendra dalam rangka memberi hadiah dan ucapan selamat atas kelulusannya. Mahendra cukup beruntung, memiliki teman kuliah baik. Di kelasnya ada empat pria termasuk Mahendra, yang lain perempuan semua. Tadinya ada lima pria, tetapi satu pria memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah.
Saat Mahendra wisuda pada Juni 2022, Yoga sampai datang ke rumah untuk menyerahkan hadiah berupa kemeja. Momen itu tak akan dilupakan Mahendra, itu bentuk ketulusan dalam pertemanan mereka, atau lebih tepat bila disebut tercampur dengan rasa kasihan, atau sayang. Ketiga teman di kelas progam studi Pendidikan Bahasa Inggris itu, iuran untuk membelikan kemeja untuk Mahendra.
“Ya. Aku berterima kasih pada mereka. Mungkin mereka tahu aku jarang gonta-ganti baju, bahkan baju kuliah di kampus itu-itu saja. Antara kemeja warna merah, kemeja kotak-kotak hitam dan putih milik mendiang ibuku, kaus polo bekerah warna hitam, hanya itu-itu saja. Kecuali baju polo merah, karena itu baju kelas.”
“Mungkin itu sebabnya, bisa jadi. Kau seperti tokoh dalam anime, tak pernah ganti kostum, jarang. Seperti Naruto.” Hesti tersenyum di dalam cermin—senyum gelap, kita tak pernah tahu seperti apa rupanya di dalam bayangan atau fantasi Mahendra, kita tak tahu.