Masih teringat dalam ingatan Ana saat Ayahnya harus pergi untuk selama-lamanya. Lima tahun berlalu, tapi baginya, Ibunya--Sarti, dan adiknya, Ifah kehilangan sosok suami serta ayah adalah hal yang terberat bagi mereka.
Lamunan Ana buyar saat ada seorang yang menepuk bahunya pelan.
"Kamu mikirin apa, Nak?" Sarti duduk di sofa, tempat Ana duduk, tepat di depan televisi.
Ana menggeleng. Gadis berambut sebahu itu tak mau membuat ibunya teringat mendiang suaminya. Ya, walaupun memang tak akan dilupakan. Berpuluh-puluh tahun Sarti dan Marsudi bersama, sampai akhirnya Marsudi harus meregang nyawa ketika melawan sakit keras yang dideritanya.
"Kamu bohongin ibu, ya?" Sarti memandang anak pertamanya dengan tatapan serius.
Bibir Ana terkunci. Tetap dia tidak akan mengatakan apapun. "Ana itu baru mikirin cari kerja, Bu. Ibu tahu sendiri, kan, Ana udah sebulan belum dapat kerja lagi, semenjak dipecat gara-gara ada yang nuduh Ana nyuri uang perusahaan."
Raut wajah Ana terlihat sebal. Apalagi saat mengingat kejadian tidak mengenakan sebulan lalu. Saat itu Ana sedang membersihkan ruangan manajernya, karena Ana bekerja sebagai office girl. Setelah itu, Ana tidak tahu apa-apa, seketika saat managernya masuk ke dalam ruangan, dia berkata kalau uang yang ada di tasnya hilang. Para karyawan pun disidang, naas ternyata uang itu ada di tas Ana. Entah siapa yang tega memfitnahnya. Hari itu juga Ana dipecat tanpa ada kompensasi sedikitpun. Sialnya lagi, CCTV di perusahaan sedang rusak, jadi tidak ada bukti konkrit untuk menolong Ana. Tanpa perlawanan apapun, Ana dipecat secara tidak terhormat.
Selain itu tidak ada yang Ana harapkan banyak dari lulusan SMA. Jujur, Ana ingin sekali melanjutkan kuliah, tapi apa daya dia belum ada biaya. Meminta ibunya untuk membiayai kuliahpun Ana tidak tega. Ana paham kondisi ibunya juga dalam kesusahan, ditambah masih membiayai sekolah Ifah.
"Sabar, Nak, " ucap Sarti berusaha menenangkan anaknya yang gundah. "Rezeki, kan, sudah ada yang mengatur."
Ana mengangguk dan memeluk ibunya. Kemudian Ana meraih tas slempangnya. Hari ini dia akan mencoba mencari pekerjaan lain untuk membantu kebutuhan sehari-hari.