Ibumu Tiga Kali Ayahmu Sekali

Pretty Angelia
Chapter #7

Bab 7

Napas Tante Hasna memburu. Ia ingin berteriak kencang-kencang, tapi ia juga diselimuti kebingungan. Apa yang terjadi jika ia berteriak kencang-kencang? Apakah orang-orang akan menghajar habis-habisan? Lalu, apakah yang terjadi pada Bang Hamzah? Apakah ia akan dibawa ke polisi? Kalau sudah ditangkap polisi, apakah Bang Hamzah bisa tetap hidup?

Tante Hasna menatap nanar Bang Hamzah yang melepaskan maskernya. Air matanya pun jatuh begitu saja. Antara senang dan sedih. Senang karena bisa kembali bertemu dengan abangnya setelah berbulan-bulan tidak pernah berjumpa, sedih karena hubungan mereka tidak sama seperti dulu lagi. Ia langsung memukul-mukul tubuh abangnya. “Abang ngapain sih?! Kenapa Abang berbuat kayak gitu?! Abang nggak tahu Azka nyariin Abang terus?”

Bang Hamzah langsung mengunci kedua tangan Tante Hasna dengan tangannya yang besar. Matanya menatap Tante Hasna dengan garang. “Di mana Azka?”

Tante Hasna tampak terkejut karena suara Bang Hamzah yang begitu tinggi, padahal selama ini Bang Hamzah tidak pernah membentaknya. Lebih tepatnya, Bang Hamzah tidak suka marah-marah.

“Di mana Azka?”

Tiba-tiba saja Tante Hasna ketakutan karena Bang Hamzah di depannya ini adalah Bang Hamzah yang tidak dikenalinya.

“Di mana Azka?! Kalian pindah rumah ke mana?!”

Tante Hasna bergidik ngeri. Ia tahu hal yang wajar jika seorang ayah ingin bertemu dengan anaknya, tapi untuk Bang Hamzah itu adalah hal yang tidak wajar. Mulutnya sengaja ia kunci karena ia tidak sepenuhnya percaya pada Bang Hamzah.

“DI MANA AZKA?!"

Tubuh Tante Hasna gemetaran, tapi ia berusaha untuk tenang. Ia harus bisa membuat Bang Hamzah kembali ke akal sehatnya. “Setelah apa yang Abang lakukan, Abang pikir aku akan kasih tahu ke Abang Azka di mana?!”

Bang Hamzah mulai menenangkan dirinya. Ia paham dengan memaksa seperti ini ia tidak bisa mengetahui di mana Azka berada. “Jadi kalian juga memusuhiku…”

Tante Hasna tidak percaya Bang Hamzah berkata demikian. Ia berusaha menahan suaranya agar tidak keluar terlalu kencang. “Lalu kenapa Abang melakukan kejahatan itu! Abang sekarang jadi buronan dan ngebuat kita kerepotan! Azka juga dikeluarin dari sekolah gara-gara Abang! Sekolah takut Abang pengaruhin Azka untuk berbuat hal yang kejam!”

Bang Hamzah yang tampak shock kemudian menggeleng. “Azka bukan anak yang seperti itu.”

Isakan kemudian keluar dari mulut Tante Hasna. Ia jadi teringat kejadian kemarin-kemarin ketika orang-orang dewasa mengecap Azka sebagai anak yang berbahaya. Azka belum mengerti apa-apa, ia bahkan tidak tahu bahwa ayahnya adalah buronan kelas kakap. Pedih di hatinya semakin menjadi. “Abang sebaiknya nyerahin diri ke kantor polisi.”

“Aku nggak mau mati di tangan polisi.”

Tante Hasna keheranan dengan pertanyaan itu, tapi yang lebih mengherankan lagi adalah ekspresi ketakutan yang diperlihatkan oleh abanganya.

“Pokoknya kamu harus jaga Azka baik-baik.”

Jantung Tante Hasna tiba-tiba jadi berdegup kencang. Ucapan Bang Hamzah terdengar mengerikan.

“Nanti aku akan ke sini lagi,” Bang Hamzah menggunakan maskernya kembali. Kemudian ia buru-buru pergi dari sana.

Tante Hasna menarik napas banyak-banyak. Ia tidak pernah setakut ini ketika bertemu dengan abangnya. Mereka sudah lama tidak bertemu, dan ia menyadari abangnya sudah banyak berubah. Abangnya jauh lebih kurus. Ada amarah dan juga ketakutan yang dipancarkan oleh matanya. Sebenarnya selama mereka berpisah apa saja yang terjadi pada abangnya? Ia ingin tahu, tapi ia takut untuk mengetahuinya lebih jauh. Lebih baik ia tidak mengetahui apa-apa.

Akhirnya Tante Hasna memutuskan kembali ke pabrik. Sudah tentu ia tidak akan menceritakan pertemuannya tadi dengan Bang Hamzah. Tadi Bang Hamzah bilang bahwa dia akan ke sini lagi. Tiba-tiba saja hati Tante Hasna jadi ciut. Apakah ia harus pindah kerja juga? Padahal mencari kerja untuknya saja cukup sulit. Ia kemudian teringat sesuatu. “Ah ya, aku harus minta izin ke bos buat jemput Azka pulang.”

.

.

Lihat selengkapnya