Icy Miss Right

Momo
Chapter #2

Bab I

Sebelum kejadian itu terjadi….

“Ehm.... Aku suka kamu dari TK Tam.. Ehm... Kamu mau nggak jadi pacarku??” teriak seorang gadis cilik kelas 6 berkacamata. Cowok dengan tinggi 150cm berkulit putih yang juga kelas 6 SD memperhatikkannya dengan seksama. Lalu dengan mata melotot ia menjawab, “Nggak!!!!!”. Mata gadis cilik itu mulai berair tinggal beberapa detik saja air matanya siap untuk meluncur. “Kenapa?? Kan dulu waktu TK kamu suka gandeng tangan aku. Suka ngikutin aku kemana-mana. Main maunya sama aku. Bukannya kamu juga suka sama aku?”. Cowok cilik itu menggelengkan kepalanya sambil berdeham, “Karna Marissa jauh lebih cantik dari kamu!”. “IBU!!!!!” teriak gadis kecil itu menangis sambil meninggalkan cowok itu. Cowok cilik itu cuma nyengir sambil menggelengkan kepalanya.

Itulah kali pertama dalam hidup ia ditolak cintanya. Dia adalah Beckah Ayudya Permatasari. Sebenarnya kalau dilihat-lihat ia memiliki wajah imut. Badannya pendek sekitar 155 cm dan wajahnya terlihat awet muda atau baby face. Semua orang yang baru melihatnya pertama kali pasti mengira kalau dia masih anak-anak. Pernah suatu ketika saat ia mau membeli peralatan untuk ospek kuliah di toko bangunan (karna ada cat di dalam list) akang-akang pegawai bertanya untuk keperluan apa ia membeli cat itu. “Untuk MOS kang!” jawabnya dengan senyum manis. “Oooh buat MOS SMP ya?!” tanyanya tanpa dosa. Asli ia merasa ingin melempar cat kaleng yang berada di depannya tepat ke muka akang itu. Padahal umurnya saat itu hampir 19 taun tapi masa dikira anak SD yang baru lulus!!! Kebangetan!

Beckah memiliki self confident yang sangat rendah akan dirinya sendiri. Semua teman, keluarganya, dan bahkan ibu kandungnya sendiri selalu mengejek fisiknya. Mulai dari “Jangan maen di luar terus! Liat itu udah gosong gitu.”. Atau “Kamu keluar dandan dong! Pake bedak sama lipstick! Tu liat adekmu keluar selalu dandan. Kamu udah jelek dipamer-pamerin lagi!” dan “Aduuuuh kok potong rambutnya model itu si!! Udah tau wajahmu tu kotak harusnya kamu potongnya model bla.. Bla.. Bla..” yang rasanya tak ingin lagi didengarnya.

Perkataan-perkataan itulah yang membuat dirinya percaya bahwa dia adalah makhluk terjelek se-alam semesta ini. Apalagi ia paling membenci rahang dan hidungnya. Rasanya ia ingin melenyapkan keduanya. Rahangnya sangat kotak dan tegas begitupula dengan hidungnya yang mancung ke dalam alias pesek. Setiap kali ia berkaca selalu diucapkannya bahwa ia harus sukses lalu punya uang dan operasi ke Korea. Ia ingin mengoperasi rahang dan hidungnya.

Hal ini bertambah buruk saat orang-orang yang dia sukai ternyata juga tak menyukainya. Pernah suatu ketika ada seseorang yang mengirimkan prank app ke group. Dengan polos dan bodohnya ia memainkan app itu. Padahal jelas-jelas ada tulisan prank di bagian domain. App itu merupakan kalkulator cinta. Permainannya simple hanya memasukkan nama kita dan orang yang kita cintai maka akan keluar hasilnya jumlah dalam bentuk persen seberapa kita cocok dengannya. 

Sambil senyam-senyum ia memasukkan nama cowok yang juga ada di group itu beserta namanya. Dan saat ia pencet result tetoooot!!! ‘Anda kena prank!’. Rasanya dunia seakan runtuh tiba-tiba. Padahal ia sudah setengah mati berusaha menyembunyikan perasaannya terhadap cowok itu dan kini semua orang di group akan tau. Tak butuh waktu lama seseorang yang menciptakan aplikasi gila itu mengumumkan daftar nama yang berhasil kena prank di dalam group. 

‘Beckah loves Andreas’ Jdaaaaaar Beckah langsung pingsan saat membaca namanya terletak di posisi teratas. Sejak kejadian itu Andreass selalu menghindari Beckah. Entah dia malu, canggung, atau mungkin jijik. Yah sepertinya opsi ketiga lah yang paling masuk akal. Hal itu terus tertanam di kepalanya kalau Andreass jijik kepadanya karna Beckah menyukainya. Hal ini memperburuk diri Beckah yang membuatnya benar-benar membenci dirinya.

Tapi di saat Beckah membenci dirinya setengah mati seseorang muncul di kehidupannya. Seseorang yang selalu ia puja dan doakan dalam hatinya sejak dulu. Seorang pria sempurna yang selama ini ia tunggu-tunggu kehadirannya masuk ke dalam hidupnya. Orang itu bernama Deon Agler Lais yang arti namanya Dewa berani yang terkenal akan kemuliannya. Ya wajahnya memang seagung dewa dengan kebijaksanaan yang melekat pada dirinya. 

Orang itu sangatlah tampan, belum pernah Beckah melihat orang setampan dia dalam hidupnya. Tinggi badannya 183 cm, berkulit putih melebihi kulit Beckah karna ia merupakan keturunan Tionghoa. Rambutnya hitam dengan potongan two block cut. Hidungnya sangat mancung. Ah jika Arjuna difigurkan masa ini, Beckah yakin Deon adalah cowok yang pas untuk mengibaratkan kegantengan dan kegagahan Arjuna masa kini. 

Deon merupakan seorang dokter hewan yang tengah menyelesaikan koasnya saat ia berkenalan dengan Beckah. Deon juga merupakan kakak tingkatnya di universitas negri terkemuka di Yogyakarta sama dengan Elina sahabat Beckah. Namun mereka bertiga berbeda fakultas. Elina sendiri merupakan mahasiswi Fakultas MIPA jurusan Geofisika dan Beckah merupakan mahasiswi Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen dan Bisnis. Sedangkan Deon merupakan Fakultas Kedokteran Hewan. Deon dan Elina merupakan mahasiswa angkatan 2011 sedangkan Beckah merupakan mahasiswa angkatan 2014. Deon dan Elina berusia 2 tahun lebih tua dari Beckah. Mereka berkenalan karna dikenalkan oleh Elina teman dekat Beckah di gereja yang merupakan sahabat baik Deon. Elina dan Deon berkenalan karna satu kelompok KKN dulu.

***

Pada waktu malam yang ditemani hujan rintik, Elina meminta Beckah untuk menemaninya meminjam gitar listrik di kos teman cowoknya. Sebenarnya Beckah sangat malas untuk mengantarnya apalagi saat ini sudah jam 9 malam dan parahnya lagi ke kos cowok. Ya walaupun Jogja nggak pernah tidur juga sih, tapi agak nggak etis malam-malam ke kos cowok dan hanya mau pinjam gitar. Tapi Beckah tak berani menolak karna Elina lebih tua darinya 2 tahun. Terlebih jika Elina sudah merepet dunia benar-benar kiamat. Mau tak mau ia pun menuruti Elina.

Sampailah mereka di kos cowok temannya Elina itu. Kosnya tidak jauh dari kos Elina. Jaraknya hanya tetangga belakang. Kos itu berada di jalan buntu dimana sebelah kanannya adalah kebun yang terlihat tak terurus milik warga sekitar. Hmmm... Agak nyeremin juga sih sebetulnya. Semoga temennya juga nggak seserem kosnya.

“Deoooooon!!!!” panggil Elina keras. “Yaaaa!!!” balasnya dari balik pintu kamar yang tertutup. Beckah menunggu di kursi yang khusus disediakan bagi pengunjung kos. “Sinilah keluar!! Ada yang perlu ku omongkan!” teriaknya dengan nada Bataknya yang khas. “Ah ada apa sih?!!! Malas aku!!!!” teriaknya dari dalam yang belum kunjung keluar. “Ah cepatlah!!! Atau kudobrak pintu kau!!!”. “Ah dasar cewek Batak ini!!” teriaknya dari dalam menggunakan aksen Batak yang dibuat-buat, terdengar sangat lucu. Beckah masih duduk termenung menatap hpnya. Ia berharap Elina cepat meminjam gitarnya dan beranjak pulang. ‘Ah kalo aja di rumah udah pasti gue digorok nyokap tau jam segini maen ke rumah cowok!’ batinnya.

Krieeet!!! Suara dencitan pintu yang memekakkan telinga karna pintu di tarik dari dalam dengan paksa. Terlihat tampang Deon yang kesal dan tertekuk melihat kehadiran Elina. Sepertinya Elina memang sering main ke sana dilihat dari tampang jutek Deon. “Aku pinjam gitarmu dong! Seminggu aja!” pinta Elina memelas. “Nggak boleh!” ujarnya singkat dan bersiap menutup pintu namun Elina dengan sigap mencoba menahannya. 

“Ah pelit kali sih kau!!! Kau tau, orang pelit kuburannya sempit!”. “Ah bodo! Orang gue besok mati juga nggak bakalan ngerasain tu kuburan mau sempit apa lebar!” teriaknya tak mau kalah. “Deoooon plis 3 hari deh, 3 hari aku pinjam gitar kau!”. Deon pun membuka pintunya kembali lebar. “Buat apa sih kau pinjam gitarku?! Mau ku pakai!” ujarnya cemberut. “Ah boong kau!!!! Kau kan udah nggak ikut assemble univ lagi! Daripada gitar kau berkarat dan cuma diam mejeng dikamar mending ku pakai!” ujarnya tak mau kalah. 

Deon menghela napas panjang. Ia sudah mengenal Elina sejak lama, sejak satu kelompok KKN. Merupakan hal yang sia-sia berdebat dengannya. Bahkan Elina bakal tahan meladeni debat sampai pagi kalau ia belum menang. Deon pun masuk ke kamarnya dan di ambil gitar kesayangannya beserta sarungnya. Ia mengulurkan gitarnya kepada Elina, “3 hari aja ya! Abis itu balikin! Awas kalo sampe....” ucapannya belum selesai tapi langsung dipotong Elina. “Sampai lecet, rusak, senar putus kau bakal buang kepalaku ke utara kakiku ke selatan! Gitu kan? Tenang aja pasti akan ku rawat gitar ini dengan cinta” ujarnya yang sudah hapal akan ucapan Deon. “Ya udah, enyah kau dari sini!” usirnya. 

“Eh tunggu!!!! Aku ke sini sama kawanku. Kenalan dulu lah klean! Nggak enak kan kalo kau tak menyapa kawan cantikku itu!” ujarnya. Deon menghembuskan napas panjang. Walaupun ia kadang benci akan kedatangan Elina ke kosnya tapi ia masih menjunjung tinggi tata krama. Ia tak mau dicap tak sopan jika tak berkenalan atau sekadar menemui teman yang dibawa Elina. Yah sudah menjadi kebiasaan Elina membawa teman baru ke kos Deon. Deon sampai hapal dengan kebiasaan Elina ini. Elina memang orang yang mudah bergaul dengan siapa saja sehingga kebanyakan teman Elina akan menjadi teman Deon. Alhasil chat di hp Deon menjadi ramai. Ramai akan teman Elina yang menaruh hati padanya. Entah ada daya tarik apa yang membuat teman-teman Elina naksir Deon. Hal ini sebenarnya sudah sangat dihapal juga oleh Elina. 

Deon merapikan kaos putih yang tengah dikenakannya sebelum bertemu Beckah. Kaosnya semula agak naik ke atas karna ke asikan main game. Ia mengikuti Elina dari belakang. Ia terlihat benar-benar seperti raksasa saat berjalan di belakang Elina. Badannya yang sangat bongsor sedangkan Elina yang tak terlalu tinggi terlihat sangat tak seimbang. 

“Beckah kenalkan temanku!” ujar Elina ramah dengan senyum yang menunjukkan barisan gigi putihnya. Beckah yang sedari tadi memainkan handphonenya pun menghentikannya dan melihat ke arah mereka berdua. Beckah langsung mematung saat melihat kehadiran Deon di depannya. Ia seperti tengah melihat dewa. Benar-benar tampan, gagah, dan manis. Tak pernah ia menjumpai makhluk sesempurna ini dalam hidupnya. 

Deon mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Beckah. Beckah sontak berdiri dan mengusap tangan kanannya karna keringat tengah membasahi telapak tangannya saat bermain game tadi. “Beckah!” ujarnya manis dan lembut sambil menjabat tangan besar Deon. Deon pun tersenyum, “Deon!” sambutnya. ‘Ah anak ini pasti naksir Deon!’ batin Elina sambil tersenyum melihat ke arah Beckah. 

“Kok mau sih kamu temenan sama cewek gila ini? Aku aja udah nggak tahan temenan sama dia!”. Plaaaak!!! Sebuah pukulan keras mendarat di lengan kanan Deon. Deon langsung mengusapnya. “Tuh kan baru juga diomongin!”. Beckah hanya tertawa kecil menanggapi. Ia yang sebenarnya banyak bicara, tiba-tiba lidahnya terasa kaku karna kehadiran Deon. “Ah kau bilang aja kalau aku nggak main ke sini kau rindukan sama ku? Udah deh nggak usah bohong! Kau kan cinta sama awak !”. Deon membalasnya dengan menaikkan hidungnya yang mancung ke atas menggunakan telunjuknya seraya membuat hidung mirip babi, “Mimpimu!!!”. 

Lihat selengkapnya