Identitas Rasa

Reinsabiila
Chapter #4

3. Atasan baru

Nada berlari-lari kecil melintasi pelataran parkir. Dia terlambat masuk kerja. Mengingat tentang perkenalan General Manager baru membuat bibirnya menggerutu memaki diri sendiri. Harusnya ia tidak boleh terlambat jika tidak ingin dicap tidak disiplin oleh atasan barunya itu. 

Sembari berlari, sesekali Nada melirik jam tangannya yang semakin membuat ia merasa horor. Perempuan itu berulang kali membisik, memohon agar General Manager barunya belum melakukan sesi perkenalan. 

Sayangnya, tiba di lantai kantornya. Nada menemukan rekan-rekan kerjanya sedang briefing. Dia menelan ludah gugup, mengeratkan beberapa map yang berada dalam dekapnya. Hingga manik matanya bertemu tatap dengan Talia yang mendelik, tampak memberi peringatan. 

Bola mata Nada kemudian terarah pada sosok lelaki berkemeja abu-abu dan memakai vest membelakangi dirinya. Dengan mengumpulkan keberanian, Nada melangkah masuk, hendak mengucapkan permisi dan meminta maaf. Namun, kaki jenjang yang dialasi sepatu berhak 7 cm itu tak berkompromi dengannya. Dia justru terpeleset dan terjatuh. Berdebam di lantai. 

Nada menutup matanya, menggigit bibir. Bukan karena sakit akibat terpeleset. Melainkan malu tidak terkira yang menghantam dirinya. Apalagi ketika jeritan tertahan dari teman-temannya, membuat ia yakin sedang menjadi pusat perhatian. 

Memunguti map-nya yang berceceran di lantai, Nada berusaha untuk tidak menengadah. Hingga langkah seseorang tampak mendekat ke arahnya. Kaki jenjang milik seseorang yang terbalut celana bahan licin warna abu-abu muda dan sepatu kulit mengkilat yang tampak mahal menyambut netranya. 

Kalau bisa, Nada ingin lantai yang dipijaknya terbelah untuk kemudian membuat ia terjatuh dan menyembunyikan diri. Hingga uluran tangan menggantung di depannya. 

Nada menengadah, menyusuri kaki jenjang itu hingga akhirnya sampai di wajah tampan yang tersuguh dan sebuah senyum misterius. Nada terkejut bukan kepalang. Bola matanya membulat lebar mengenali lelaki itu. 

"Kamu tidak apa-apa? Ayo, saya bantu."

Menelan ludah, Nada menyambut uluran tangan Kala yang tergantung. Untuk kemudian menariknya berdiri. "Terima kasih, Pak." Nada menggumam, menganggukkan kepala lalu berjalan ke sisi Talia untuk mendengarkan lanjutan briefing dari General Manager baru yang sempat terhenti karena ulahnya tadi. 

Sepanjang Kala bersuara, memperkenalkan diri, Nada mengatupkan bibirnya rapat. Sebal. Karena Kala tidak menjelaskan apa pun padanya kemarin. Bahkan ketika akhirnya Kala selesai perkenalan dan semua karyawan membubarkan diri, Nada masih bertahan dengan Kala. Lelaki itu mendekat ke arahnya yang berusaha mengukir senyum sopan. Meski ingin sekali Nada menginjak kaki lelaki itu. 

"Kamu nggak kasih ucapan selamat datang atau selamat bergabung secara pribadi?" Kala menaik turunkan alis dengan senyuman geli mengiringi. 

Nada menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan, hingga sudut matanya menemukan beberapa rekan kerjanya menoleh ingin tahu. "Selamat bergabung Bapak Kala yang terhormat, semoga kita bisa bekerja sama."

Kala tergelak pelan, merasa lucu karena ucapan dan ekspresi Nada. Dan tawa itu justru membuat Nada mengaduh dan memejamkan mata. Tawa renyah Kala itu menggoda sekali untuk digigit.

"Aku galak ya, Nad?"

Nada melotot, lalu menelan ludah teringat tentang deskripsi General Manager baru mereka kemarin. "Bapak, tolong jangan bikin saya lebih lama jadi pusat perhatian. Kalau tidak ada yang Bapak inginkan, saya pamit ke meja saya."

Kala tidak menyerah untuk menggoda. Ia ingin membuat paginya terasa bersemangat lagi dengan mengganggu Nada. "Kamu pergi, aku tarik tangan kamu."

"Bapak Kala--"

"Aku nggak suka dipanggil Bapak."

Lihat selengkapnya