Identitas Rasa

Reinsabiila
Chapter #9

8. Sebuah Cibiran

Sabtu malam, hiruk pikuk kota dengan langit berhias rembulan menjadi satu pemandangan yang Nada dapatkan ketika keluar dari lobby Fla Hotel tempatnya bekerja. Fla Hotel sendiri berada di pusat kesibukan kota Cikarang. Di sekitar Fla hotel terdapat waterboom, pusat perbelanjaan terbesar di Cikarang dan City Walk. 

"Ke Mall yuk, Nad. Beli boba milk tea atau apa lah." Talia menyejajari langkah Nada. Mengarahkan tatapan pada lalu lalang kendaraan di depannya. 

Nada menggeleng pelan sebagai penolakan. Karena terakhir kali ke Mall, jalan dengan Kala, hatinya justru terasa amat tidak karuan. Dia merasa sebal, benci, iri dan sedih dalam satu waktu. Ucapan yang Kala lontarkan membuat hatinya bingung. Satu sisi laki-laki itu memintanya untuk melepas cinta lama. Namun satu sisi lain, Kala justru menerima dengan senang hati dan tangan terbuka jika cinta lama hadir kembali. 

"Ya elah, Nad, cuma jalan. Kalau ada film bagus, baru deh nonton." Talia tidak menyerah. "Atau jangan-jangan kamu mau jalan sama GM terhormat."

Nada menyentak. Mendelik sebal. "Enak aja. Jangan ngaco."

Talia nyengir. "Iya. Pasti enak banget punya pacar sekelas Pak Kala. Sama bawahannya aja perhatian, apalagi sama pacar."

Nada berjalan menjauh. Tidak ingin meladeni ucapan Talia yang selalu membuat ia sebal karena hanya membahas tentang Kala. Entah kenapa, mendengar nama Kala disebut membuat ia teramat sensi. Beberapa hari tidak bertemu tatap dengan Kala nyatanya mampu menstabilkan mood Nada. 

Namun, yang Nada kira ketika menjauhi Talia bisa mendapat ketenangan, yang terjadi padanya kemudian adalah kebalikannya. Dia menghentikan langkah secara tiba-tiba dengan bola mata membulat terkejut. Dia harus berkedip beberapa kali dan menelan ludah susah payah, ketika perempuan setengah baya dengan penampilan khas sosialita mengayun langkah mantap ke arahnya. 

"Tante Novie, apa kab--"

"Nggak perlu basa-basi."

Nada berusaha membesarkan hati ketika sambutannya lebih dulu dipotong dengan kalimat pedas. Perempuan yang berdiri di hadapannya dengan tatapan mata begitu tidak senang adalah ibu Fabian. Nada menerka-nerka, alasan apa yang membawa Novie untuk menemui dirinya. 

"Kamu udah janji buat jauhi Fabian!"

Ah, Nada membuka bibir tanpa suara. Tentu saja hanya Fabian yang bisa membawa Novie yang begitu sibuk, mau repot-repot menemui dirinya yang hanya staf admin biasa di sebuah hotel.

"Nada menepati janji itu, Tan. Nada jauhi Fabian."

Janji itu sudah Nada suarakan sejak Fabian dan dia putus untuk menuruti permintaan Novie. Nada tidak lupa untuk itu, bahkan mengirim sepotong pesan pun, Nada tidak berani. 

"Kamu lakukan. Tapi kenapa masih menemui Fabian?" Novie bersuara dengan sedikit penekanan. Menunjukkan ponselnya yang menampilkan sebuah foto, dan membuat napas Nada terenggut. Sesak itu segera menyambangi dadanya. "Ini yang kamu bilang, kamu menepati janji?"

Lihat selengkapnya