Seperti yang dijanjikan Pak Sudung, ia akhirnya pulang dari Singapura, saat ia tiba di rumah, hal yang pertama ia lakukan saat tiba di rumah masuk ke ruang kerjanya, ia membuka laptop dan mengecek data-data perusahaan.
“Ada yang tidak beres, aku yakin ada seseorang yang mencuri data perusahaan, tapi siapa yang bisa membuka kunci keamanan yang aku lakukan, hanya satu orang yang mampu … Kania.”
Pak Sudung menelepon Brayen lagi.
“Ya pak?”
“Apa kamu yakin Kania ada di Medan, maksudku apa kamu melihatnya sendiri?”
“Ya Pak, kami bertemu di salah satu di mall, apa ada masalah?”
Pak Sudung tidak mau menambah masalah jadi ia tidak memberitahukan tentang kecurigaannya.
“Apa di kantor menerima pegawai baru?”
“Tidak ada Pak, kantor tidak membuka lowongan, tapi …”
“Apa? Apa ada yang kamu ingat?”
“ Aku baru ingat, kalau dua hari yang lalu kalau Winda memberikan bagian maintenance kantor pada pekerja Freelance.”
“APA? Dia memberikan server ke orang asing !?”
Pak Sudung sampai berdiri karena kaget.
“Ya Pak.”
“Astaga ! Apa yang dia lakukan? Baiklah, besok kumpulkan semua orang di kantor.”
“Baik Pak.”
Mendengar Pak Sudung pulang, Winda tidak berani pulang ke rumah. Wanita itu, sadar telah melakukan kesalahan. Sementara Rosa istrinya masih menikmati pelayanan kecantikan di Korea.
Setelah beristirahat satu hari di rumah, Pak Sudung besok harinya datang ke kantor untuk memimpin rapat penting. Karena para pemegang saham yang bergabung di perusahaannya berbondong-bondong ingin menjual saham mereka.
Pak Sudung mencoba menyakinkan rekan bisnisnya tersebut, ia mengatakan kalau perusahaan itu baik-baik saja, dan ia akan segera memulihkan kondisinya untuk lebih baik lagi.
“Maaf Pak Sudung, saya sudah menjual saham saya,” ujar salah seorang dari mereka diikuti yang lainnya.
“Setiap, perusahaan pasti selalu ada guncangan, itu sudah pasti, tetapi saya sudah katakan akan memperbaiki.”
“Maaf Pak, tapi perusahaan ini sepertinya akan sulit untuk dibenahi lagi, itu karena bapak salah mempekerjakan orang dengan asal. Bu Rosa dan Winda tidak memahami pekerjaan mereka,” ujar salah seorang.
“Berikan saya waktu satu minggu untuk melakukan perbaikan, kalau dalam satu minggu saya tidak mampu melakukan perubahan, saya tidak melarang.”