Karena pemilik perusahaan penasaran dengan orang yang memegang server komputer kantor, jadi, ia meminta melihat orangnya secara langsung, karena setiap kali di telepon yang menjawab suara google.
Setelah Kania mendapatkan informasi perusahaan tersebut, sesuai rencana ia juga berhenti jadi OB dari sana, setelah para pemegang saham itu ia bujuk untuk berinvestasi di kantornya, dengan keuntungan besar yang Kania tawarkan mereka langsung setuju.
Dari sini terlihat kalau uang tidak mengenal persahabatan dan kesetiaan. Padahal mereka-mereka semua sudah bekerja sama dengan perusahaan itu selama puluhan tahun. Namun, seakan-akan tidak ada artinya saat perusahaan Kania menawarkan keuntungan yang lebih besar mereka langsung setuju, Tanpa memikirkan perasaan Sudung selaku pemilik.
“Will, lu percaya kan tidak ada orang yang benar-benar setia di dunia ini, saat kita menawarkan keuntungan besar, pak Banu langsung setuju, padahal dia sudah berteman dengan daddy sejak lama,” ujar Kania.
William mengangguk, “ya, gue percaya itu."
“Besok, Lo akan memimpin rapat besar itu lagi.”
“Gue lagi sih ? kan, lu yang pemiliknya.”
“Gue harus bersembunyi dulu, kalau lu yang bicara mereka pasti akan mendengar karena wajah lu itu bisa menyakinkan orang lain, cocok jadi seorang CEO muda,” ujar Kania, ia memuji sahabatnya.
Kania pulang ke rumah, saat ia tiba di rumah disambut ibu mertua.
“Sudah capek kau inang?”
“Tidak capek … Mama sudah makan?”
“Sudah, tapi, aku mau bicaralah sebentar, karena kamu selalu sibuk kerja jadi aku tidak pernah sempat bicara.”
‘Aduh, mudah-mudahan ibu mertuaku ini tidak meminta pulang’ ucap Kania dalam hati.
“Apa Ma?” Ia mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan.
“Sebenarnya, aku senang kau bawa ke Jakarta ini, tapi aku bosan di rumah terus jadi sakit badanku.”
“Mama mau ada kegiatan?”
“Bagaimana kalau aku pulang sajalah Nang ke kampung? aku bisa ke ladang.”
“Ma, kalau pulang bagaimana cucumu si Jonas dan aku. Kami membutuhkan Mama tetap bersama kami, Eda juga kan lebih senang di sini, tidak ada yang nakal lagi padanya.”
“Benar juga sih kata kau , tapi bagaimana lah, bosan kali aku di rumah,” ucap Ibu mertuanya.
“Bagaimana kalau halaman belakang jadi kebun Mama saja, terserah mau tanam apapun di sana, biar ada kegiatan.”