Malam itu Netta dan Jonathan masih di rumah Kania, wanita berparas cantik itu akhirnya menceritakan semuanya pada sepupunya kenapa dia menghilang selama sepuluh tahun belakangan ini.
“Aku tidak ingin tentang kami di ketahui mereka ya Bang,” ujar Kania.
“Tapi sampai kapan, seperti ini Nia, kenapa tidak berdamai saja sih Dek,” ujar Jonathan.
“Kalau nenek lampir itu di sana, aku tidak akan kembali”
“Umur tidak ada yang tahu Da, selagi mereka masih hidup, lakukan apa yang mereka inginkan,” ujar dr. Netta istri Jonathan.
“Sulit Eda, hatiku sangat sakit, saat mereka membuang kami seperti sampah”
“Aku berpikir, justru sebaliknya Eda,” ujar Netta.
“Maksudnya?”
“Ada banyak cara orang tua melindungi anak-anaknya, mungkin amang hanya ingin menjauhkan mu dari ibu tiri eda,” pungkas Netta.
“Aku pun setuju sama Edamu, terkadang karena kita terlalu marah dan benci pada seseorang, akhirnya tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk”
“Gak tau Bang, setelah daddy menikah dengan wanita jahat itu, sejak dari itu aku tidak suka melihat dia,” ujar Kania.
“Gini saja, kalau ada masalah katakan saja pada kami, kalau bisa aku bantu akan kami lakukan,” ujar Jonathan.
“Eda ikut saja Arisan Situmorang bawa inang, kebetulan bulan ini di rumah kami, biar gak bosan inang itu,” tutur Netta.
“Ya Eda, akan aku pikirkan, tapi kalau inang mertuaku sakit aku panggil eda”
“Baiklah, kalau aku kebetulan di rumah”
Kania akhirnya mengungkapkan dirinya pada keluarganya, tadinya ia tidak ada niat menunjukkan pada Jonathan, tapi ibu mertuanya sakit dan ia tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi. Mau tidak mau ia menelepon Jonathan, karena keluarga mereka baik dan bisa dipercaya.
*
Beberapa hari kemudian, ibu mertuanya sudah pulih kembali, ia sudah kembali sibuk di kebun sayur miliknya.
“Ma, jangan terlalu capek dulu, kan, baru sakit,” bujuk Kania.
“Ya Pung, nanti bertambah sakit , lutut oppung itu,” ujar Jonas, ia datang membawa piring yang berisi potongan buah untuk nenek tercinta.
“Anak lelaki tampan itu sangat sayang sama oppung dan bibinya, mungkin karena dari bayi Inang Lisdalah yang merawat dirinya.
“Makin sakit badan oppung kalau tiduran terus, oppung hanya panen bayam ini, untuk sayur kita nanti”
“Oppunh petani yang hebat, apapun ditanam pasti subur, mama baru tanam bibit cabe saja tidak tumbuh-tumbuh,” ujar Jonas.
Kania terkekeh mendengar ledekan Jonas, karena apa yang dikatakan anak lelaki itu benar adanya, dari dulu apapun yang ditanam Kania tidak pernah tumbuh subur, saat di kampung ia pernah menanam kacang, kacang itu pun tidak berbuah, menanam jagung juga seperti itu.