Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #21

Ketika Menantu Lebih Berharga dari Anak #21

Kania berdiri di depan cermin, apa yang dikatakan Brayen membuatnya tersenyum kecil. Kania masih sangat cantik, ia selalu merawat diri dengan baik, hanya saja ia menyembunyikan kecantikannya di depan Brayen setiap kali mereka bertemu.

 

Hari ini, ia berencana mempertemukan Brayen dengan ibunya di suatu tempat.

 

Saat Jonas sekolah dan Nur ditinggal di rumah dengan Ratih asisten rumah tangga Kania, ia mengajak Ibu mertuanya ke salah satu restoran Batak di arah Cililitan Jakarta Timur.

 

“Kita mau ke mana Nang, kayak jauh dari rumah ini?” tanya Inang Lisda, ia menoleh keluar jendela.

 

“Aku mau ajak mama makan BPK”

 

“Jauh dari sini?”

 

“Tidak, kita sudah sampai”

 

Setelah mereka selesai makan, Kania pamit sebentar sama Inang Lisda.

 

“Ma, aku mau bertemu orang tentang kerjaan sebentar ya, nanti aku datang menjemput mama”

 

“Tidak lama kan?”

 

“Tidak, aku pesan jus terong belanda sama mama ya, kalau jusnya mama sudah habis nanti aku ada di sini,” ujar Kania meyakinkan ibu mertuanya.

 

“Baiklah kalau tentang pekerjaan”

 

“Tapi mama jangan ke mana- mana ya, tunggu aku di sini”

 

“Ya, aku akan menunggu”

 

Saat ia keluar, ia menyebutkan nama restaurant pada Brayen, Brayen sudah pasti tahu alamat tersebut karena ia lama tinggal di sana dulu.

 

[Abang datang saja, inang sudah ada di dalam … ingat, inang tidak tahu kalau kamu datang, dia lagi sakit jadi gak usah ngomong yang aneh-aneh,” ujar Kania memberi peringatan, seolah-olah lelaki itu bukan anak dari ibu mertuanya.

 

[Ya, aku tahu] balas Brayen.

 

Kania masuk ke dalam mobil dan ia menunggu di sana, tidak lama kemudian, mobil Brayen juga tiba. Kania sudah menyelipkan perekam suara di pakaian ibu mertuanya diam-diam jadi ia bisa mendengar percakapan keduanya.

 

“Ma ….”

 

Bu Lisda hanya terdiam, melihat sosok lelaki yang datang menghampirinya, lalu Brayen memeluk mamanya dengan rindu.

 

“Bah ise taheho?”

 

(Kau siapa?)

 

“Aku Brayen Ma, anakmu”

 

“Bah diingot ho dope au”

 

(Wah … masih ingat kau rupanya padaku)

 

“Ingatlah Ma, rindu aku sama mama, sehatnya mama?”

Lihat selengkapnya