Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #22

Demi Mertua #22

Setelah bertemu dengan Brayen, Kania mengajak ibu mertuanya untuk pulang, dalam perjalanan, inang mertua Kania masih diam.

 

“Ma, aku mempertemukan mama dengan Bang Brayen, agar dia tidak menuduhku menyembunyikan mama, bukan untuk menyerahkan mama sama eda sama dia, bagiku mama itu bukan ibu mertua, tapi sudah seperti mama kandung mama tau itu’ kan” ujar Kania dengan tulus.

 

Mendengar penuturan Kania, Inang Lisda malah bertambah menangis. Ibu Lisda merasa sangat beruntung dapat menantu baik seperti Kania menerima orang tua itu dengan tulus, tidak banyak orang seperti Kania, . Saat suami tidak menganggapnya sebagai istri. Namun, ia tetap mempertahankan statusnya sebagai istri, bahkan ia menjaga harga dirinya sebagai wanita yang sudah bersuami, tidak banyak wanita yang bisa bertahan dalam posisi Kania, tetapi ada ungkapan yang mengatakan jika kamu memberikan kebaikan pada orang, kamu juga akan mendapatkan balasan yang baik.

 

Saat semua orang meninggalkan Kania menghina dan merendahkan dirinya. Bu Lisda hadir sebagai sosok seorang ibu, bukan seorang mertua, saat tetangganya menghina dirinya dan anaknya, Bu Lisda membelanya mati- matian. Kebaikan Ibu mertuanya membuatnya susah untuk pergi, walau Brayen sudah beberapa kali meminta untuk berpisah.

 

“Terima Kasihlah Mama Jonas, karena kau masih menganggap aku ibu mertuamu, walau si Brayen tidak pernah menerimamu sebagai istri,” ujar Ibu Lisda.

 

“Bukan ibu mertuaku, tapi mamaku,” ujar Kania.

 

Bu Lisda semakin menangis di dalam mobil, Kania tahu kenapa ibu mertuanya menangis sedih seperti itu, karena sebenarnya Brayen ingin menemui mamanya ada tujuan tertentu, ia ingin menikah lagi, tentu saja hal itu ditolak Ibu Lisda.

 

“Jangan menangis Ma, aku dan Jonas tidak akan meninggalkanmu, percaya padaku”

 

“Alai si Brayen si maup i naing mangalap boru inna, inang boha na mai”

 

(Tapi si Brayen si kurang ajar itu katanya mau menikah Nak, bagaimana ini) ucapnya sesenggukan.

 

“Biarkan saja Ma, biarkan dia melakukan apa yang dia mau, aku sudah bilang, aku tidak akan menandatangani surat yang dia minta, aku tidak akan meninggalkan mama sama eda,” ujar Kania dengan tulus.

 

Dengan karir dan kecantikan yang Kania miliki, bisa saja ia meninggalkan Brayen, ia bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik, hanya ia tidak ingin meninggalkan ibu mertuanya dan Nur, karena Brayen sampai saat itu , selalu menolak Nur tinggal bersamanya, Ibu mertuanya sangat sayang sama Nur.

 

“Kenapa tidak mau si Brayen menerimamu jadi istri, kamu cantik, baik, butanya kurasa mata si Brayen itu,” ketus mama mertua Kania.

 

“Cinta tidak bisa dipaksakan Ma”

 

“Kan, dari mata turun ke hati, begitu kan katanya. Berarti gak di tengok matanya, kau cantik,” ujar Bu Lisda, ia tidak tahu kalau Kania selalu menyamarkan kecantikannya setiap kali bertemu dengan Brayen.

 

“Tenang Ma, kita akan buat abang Brayen menyesal nanti, pokoknya mama harus sehat, biar bisa jaga cucumu,” ujar Kania.

 

Setelah pulang dari cililitan, Kania mengarahkan mobilnya ke sekolah Jonas.

 

Saat mereka tiba, ternyata Jonathan membawa Jonas pulang sekalian dengan anak-anaknya.

 

Kania mengecek ponsel miliknya, ternyata Jonathan sudah mengabarinya kalau ia membawa Jonas sekalian pulang, ia menelepon Jonathan.

 

Lihat selengkapnya