Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #24

Apa Putramu Seorang Jenius? #24

Kania pulang bersama Bu Lisda, karena hari itu mobil kantor dipakai, jadi Kania datang menggunakan mobil online. Mmelihat Kania datang dan pulang menggunakan mobil online, tatapan wanita itu begitu sinis.

 

“Kamu sudah lihat kan, bagaimana sombongnya mama si Lina itu,” ucap Bu Lisda, “ingin aku tarik tadi rambutnya itu saat dia melihat kamu seperti itu”

 

“Mama percaya gak, diatas langit ada langit lagi.”

 

“Apa maksudnya Nang?”

 

“Kalau dia kaya, masih ada yang lebih kaya dari dia.”

 

“Siapa yang lebih kaya dari dia Nak, menantumu ini.”

 

“Amiiin, ucapan adalah doa, aku berharap menantuku, mama Jonas lebih kaya dari mereka semua biar kami tidak di dianggap hina lagi,” ujar Bu Lisda lagi-lagi ia menangis.

 

“Mama jangan menangis lagi, jangan buang air mata dan energi mama untuk orang sombong seperti mereka.Percaya sama Kania Ma, kita akan membungkam mulut mereka semua nanti,” ujar Kania, ia memeluk tubuh tua ibu mertuanya. Baru kali ini ia menangis saat bersama ibu mertuanya tersebut.

 

“Makasih Tuhan, karena Engkau memberikan seorang menantu seperti malaikat untukku, saat anakku membuangku menantuku menyayangiku,” ujarnya kembali menangis.

 

Bapak Supir melirik dari kaca depan mobil, dari percakapan keduanya ia bisa menangkap kalau Kania menantu Ibu Lisda. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi tangannya menyodorkan kotak tisu untuk Kania dan Bu Lisda.

 

“Terimakasih Ya Pak supir,” ujar Bu Lisda.

 

“Sama-sama Bu, doa orang tua yang tulus, akan didengar Tuhan Bu,” ujarnya kemudian.

 

“Ya, aku percaya itu Pak. Tuhan sudah jawab doaku, kau tengok menantuku ini, Tuhan yang mengirim ke rumah kami, biar bisa menjaga kami,” ujar Bu Lisda bersemangat.

 

Walau bahasa Indonesianya ada pasir-pasirnya, terkadang di campur bahasa Indonesia dan bahasa daerah tetapi pak supir itu mengerti. Setelah beberapa jam perjalan karena macet parah. Seperti biasa Jakarta sangat macet saat Sabtu, jadi mereka tiba sudah malam. Tiba di rumah, ia baru ingat kalau Jonas minta izin padanya ingin main di rumah Jonathan abang sepupu dari Kania.

 

“Ma, mama tidur duluan ya, aku mau jemput Jonas di rumah Bang Adelio”

 

“Ya sudah, mama tidur duluan, sekalian mau lihat edamu, dia sudah tidur apa , masih melukis”

 

“Kalau ibu capek, biar saya saja,” ujar Rati Asisten rumah Kania.

 

“Gak, papa, biar aku saja, aku saja ada yang ingin aku bicarakan sama abang Jonathan.” Kania mengeluarkan motor bebek miliknya dan ia menuju rumah Jonathan, abang sepupu, keluarga satu-satunya yang tahu tentang dirinya, sejak ia memutuskan kembali ke Jakarta.

 

Tiba di depan rumah bercat putih tersebut, ia menekan bel dan dibuka sendiri sama Jonathan, lelaki berwajah tampan itu menatapnya dengan alis menyengit.

 

“Kenapa Bang?”

Lihat selengkapnya