Kania masih di rumah sepupunya Jonathan, tadinya hanya Jonathan yang tahu kalau ia ada di Jakarta, sekarang papi dan mami Jonathan juga tahu, Kania yakin kabar itu akan sampai ke telinga keluarganya.
“Apa bapakmu tau kamu pulang?” Tanya Papi Jonathan.
“Belum Bapa tua”
“Kenapa …? kasih taulah Nang, biar bagaimanapun, dia tetaplah bapakmu”
“Nanti saja bapa Tua, kalau wanita penyihir itu masih rumah, aku tidak akan pulang ke rumah itu”
Karena mereka mengobrol sampai malam, Rati menelepon.
“Bu, oppung nanya si Jon”
“Ya, sudah jemput ke sini saja”
“Bilang sama Mama, aku masih di sini”
“Ya Bu”
Bu Lisda memang selalu seperti itu, kalau sejam dua jam, tidak melihat Jonas, pasti akan cariin, setelah Rati menjemput Jonas pulang, obrolan mereka berlanjut, orang tua dari Jonathan sangat penasaran dengan kisah hidup Kania, saat Kania menghilang sepuluh tahun yang lalu, keluarga Kania mengatakan pada mereka kalau Kania hamil dan kawin lari dengan kekasihnya.
“Lalu kejadian sebenarnya bagaimana sih?” tanya Eva, wanita itu yang selalu berani bertindak duluan.
“Ah, sebenarnya aku tidak ingin sebenarnya mengingat masalah itu kak Eva, Bang Brayen juga kemarin sudah bertanya saat itu padaku, dia bahkan ingin datang ke kampung, aku yang menolak”
“Apa benar kamu hamil duluan?”
“Sebenarnya, malam itu aku dijebak”
“Dijebak sama siapa?” Arnita menatap dengan serius.
“Winda”
“Gila, dasar wanita sinting, dia sama seperti mamanya”
“Lalu, katanya kamu hamil sama kekasih, tapi kenapa Andre nikah sama si Winda, ini yang membuatku selalu penasaran dari dulu, kamu hamil anak Andre kan?” tanya Eva berbisik.
“Ya, aku hamil anak Andre dan menikah dengan orang lain, marga Sinaga. Bang Jo tahu suamiku”
“Siapa?” Tanya Jonathan kedua alisnya saling menyatu.
“Brayen”
“HAAA??”
Mereka semua terkejut, karena mereka semua memang kenal, karena Sudung selalu mengajak Brayen setiap kali bepergian kemana-mana.
“ Tapi kata Bapak Adelio, dia mau menikah sama Orang Manado”