Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #28

Sakit Hati #28

 

Brayen masih di rumah bapa udanya(Adik bapak)

 

Semua keluarga yang ada di rumah, hanya bisa menuduh dan memojokkannya, tanpa mengetahui apa sebenarnya yang terjadi antara  dirinya dan Kania. Mendengar omongan semua keluarga, hatinya semakin  panas, rasa amarahnya pada Kania semakin memuncak, saat namborunya mengungkit tentang bapak Brayen yang tidak benar kelakuannya saat masih hidup.

 

“Jangan kau tiru sikap bapak yang suka menyakiti hati istri ,” ujar namborunya Brayen dengan suara ngengas tidak pakai rem.

 

Apa yang dikatakan keluarga sebuah kebenaran, tetapi   terkadang kebenaran itu selalu menyakitkan, Brayen tidak ingin keluarga mengungkit tidak hidup mereka di  masa lalu.

 

“Gak usah dibawa-bawa, bapak ke sini Namboru. Kalau kalian tidak suka dan tidak bisa ya sudah, tidak usah ungkit sana , ungkit sini.” Brayen marah.

 

“Bukan mengungkit, memang itulah kebenarannya, ito bapakmu itu, pemabuk, penjudi, habis harta orang tua kami di kampung karena dia main judi terus, aku berharap jangan pula kau sama kayak bapakmu, itunya harapan Bou”

 

“Aku kesini, hanya ingin minta izin sama Bapa uda, kalau kalian tidak bisa, tidak apa-apa,  jadi tidak usah bawa-bawa bapak, aku  juga tau dia bukan orang baik, tapi aku tidak suka , kalian mengungkit-ungkit itu,” balas Brayen.

 

“Bukan mengungkit, aku hanya menasihati kamu, jangan menyakiti hati wanita yang sudah jadi istrimu.”

 

“Baiklah, terimakasih.”

 

“Jangan mukamu seperti orang yang melawan, aku menasihatimu karena kamu paranmanku ( keponakan) aku perduli,” ujar namboru Brayen.

 

‘Peduli apa … kalian tidak pernah peduli sama kami’ Brayen membatin.

 

“Sudah, sudah Ito, jangan marah-marah lagi.” Bapak Lina meredakan situasi, “ kita bicara baik-baik aja sama Brayen.”

 

Rumah mama Lina saat itu rame, karena arisan keluarga dari Sinaga, jadi kedatangan Brayen pagi itu membawa calon istrinya seperti ingin mempermalukan dirinya, padahal niat datang  membawa kekasih ke rumah bapa udanya, sekalian ingin menunjukkan pada mereka kalau ia bukan Brayen yang mereka perbudak dulu.

 

Cerita  tentang masa lalu Brayen yang  menyedihkan, awal ia datang ke Jakarta karena diajak Namborunya yang galak itu, dijanjikan disekolahkan,   bukan kuliah yang didapatkan, ia malah dimanfaatkan, kerja menjaga depot air isi ulang mengantar dan menjual, setahun Brayen masih sabar, di tahun kedua ia menagih janji itu pada namborunya, bukan sekolah atau gaji selama bekerja yang di didapatkan melainkan hinaan dan cacian.

 

Saat ia meminta  gaji selama bekerja, namborunya bilang gajinya biaya untuk ia hidup selama tinggal di rumahnya.

 

“Enak saja kau mau makan gratis”

 

Lihat selengkapnya