Terus belajar dan belajar, dari kecil hingga menjadi perusahaan, berawal dari sebuah kerja keras dan ketekunan Kania dari sepuluh tahun. Akhirnya ibu satu anak memiliki Startup E Commerce yang diberi nama Jonas Karya.
Awal ia mendirikan perusahaan itu , ia beberapa kali gagal karena ia masih tinggal di desa, untungnya sahabatnya William membantunya, sedikit demi sedikit ia mendapatkan user yang mau bekerja sama dengannya.
Setelah perusahaan itu sudah berdiri, akhirnya Kania memboyong ibu mertua, anak, serta iparnya ke Jakarta, awalnya ia ingin menghancurkan perusahaan besar milik sang ayah dan ingin menggantikannya dengan Jonas Karya.
Tetapi perusahaan itu tidak mau tumpang, ayahnya begitu kuat,
banyak kolega yang mau membantu. Kania tidak mau menyerah, ia menggunakan cara lain, ia jadi salah satu pemegang saham di sana dan mendapatkan posisi sebagai komisaris.
*
Brayen masih duduk di sisi badan mobil, ia berhenti di pinggir jalan, membiarkan angin malam menyapu wajahnya yang terasa masih panas. Brayen baru saja mengantar Sudung ke rumahnya, tetapi pembicaraan ia dan ayah mertua membuatnya masih gugup, lalu ia mengeluarkan ponsel miliknya dan menelepon Kania.
Malam itu kebetulan Kania menyalakan ponsel lama miliknya karena ia mencari nomor teman lama, saat melihat Brayen menelepon ia malas mengangkat, ia tidak ingin merasakan rasa sakit di dalam hati.
“Untuk apa lagi dia menelepon, aku lagi malas berdebat” Kania menghela napas panjang lalu ia mengusap tanda panggil berwarna hijau, “ Ada apa Bang?”
“Kamu sudah tidur?”
“Belum”
“Kenapa ponselmu tidak pernah aktif beberapa hari ini?”
“Sengaja dimatikan”
“Ayo kita bertemu malam ini … ada yang ingin aku bicarakan sama kamu”
‘Dia pasti minta ke hotel.”
“Hotel lagi …”
“Kok kamu langsung bilang begitu sih? aku kan belum bilang apa-apa.”
"Ya kan setiap kali abang meneleponku, pasti obrolan kita akan membahas itu.”
“Wajarlah Kania, aku ini lelaki normal, burung juga butuh pelampiasan.”
“Ya makanya aku bilang sama kamu, setiap kali kau menelponku dan mengajakku pasti hanya ingin melakukan itu.”
“Ya wajarlah … aku berpikir, daripada melakukan dengan perempuan lain, lebih baik melakukannya denganmu. Kamu juga menginginkannya kan ? tidak usah munafik, apa jangan-jangan kamu menyewa pria lain.”
‘Kurang ajar ni orang’ Kania kesal.
“Aku tidak seburuk kamu yang melakukannya dengan bermacam-macam wanita.”