Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #33

Tidak Perduli Lagi #33

 

Terus belajar dan belajar, dari kecil hingga  menjadi  perusahaan, berawal dari sebuah kerja keras dan ketekunan Kania dari sepuluh tahun. Akhirnya ibu satu anak memiliki  Startup E Commerce yang diberi nama Jonas Karya.

 

Awal ia mendirikan perusahaan itu , ia beberapa kali gagal karena ia masih tinggal di desa, untungnya sahabatnya William membantunya, sedikit demi sedikit ia mendapatkan user yang  mau bekerja sama dengannya.

 

Setelah perusahaan itu sudah berdiri, akhirnya Kania memboyong ibu mertua, anak, serta iparnya ke Jakarta,  awalnya ia ingin menghancurkan  perusahaan besar milik sang ayah dan ingin menggantikannya dengan Jonas Karya.

 

Tetapi perusahaan itu tidak mau tumpang, ayahnya  begitu kuat,

banyak kolega yang mau membantu. Kania tidak mau menyerah, ia menggunakan cara lain, ia jadi salah satu pemegang saham di sana dan mendapatkan posisi sebagai komisaris.

 

*

 

Brayen  masih duduk di sisi  badan mobil, ia berhenti di pinggir jalan, membiarkan  angin malam menyapu wajahnya yang terasa masih panas. Brayen baru saja mengantar Sudung ke rumahnya, tetapi pembicaraan  ia dan  ayah mertua membuatnya masih gugup, lalu ia mengeluarkan ponsel miliknya dan menelepon Kania.

 

Malam itu kebetulan Kania menyalakan ponsel lama miliknya karena ia mencari nomor teman lama, saat melihat Brayen menelepon ia malas mengangkat, ia tidak ingin  merasakan rasa sakit di dalam hati.

 

“Untuk apa lagi dia menelepon, aku lagi malas berdebat” Kania menghela napas panjang lalu ia mengusap tanda panggil berwarna hijau,  “ Ada apa Bang?”

 

“Kamu sudah tidur?”

 

“Belum”

 

“Kenapa ponselmu tidak pernah aktif beberapa hari ini?”

 

“Sengaja  dimatikan”

 

“Ayo kita bertemu malam ini … ada yang ingin aku bicarakan sama kamu”

 

‘Dia pasti minta ke hotel.”

 

“Hotel lagi …”

 

“Kok  kamu langsung bilang begitu sih? aku kan belum bilang apa-apa.”

 

"Ya kan setiap kali abang meneleponku, pasti obrolan kita akan membahas itu.”

 

“Wajarlah Kania, aku ini lelaki normal, burung juga  butuh pelampiasan.”

 

“Ya makanya aku bilang sama kamu, setiap kali kau menelponku dan mengajakku pasti hanya ingin melakukan itu.”

 

“Ya wajarlah … aku berpikir, daripada melakukan dengan perempuan lain, lebih baik melakukannya denganmu. Kamu juga menginginkannya kan ? tidak usah munafik, apa jangan-jangan kamu  menyewa pria lain.”

 

‘Kurang ajar ni orang’ Kania kesal.

 

“Aku tidak seburuk kamu yang melakukannya dengan bermacam-macam wanita.”

 

Lihat selengkapnya