Alasan Kania keluar dari aula itu meninggalkan acara, tidak ingin serbu dan ditanya ini itu sama Brayen dan yang lainya yang mengenal dirinya, ia juga ingin membuat mereka semua kebingungan.
William membawa Kania ke salah satu tempat yang aman.
“Bagaiman perasaanmu?” tanya William.
“Ada perasaan puas, saat melihat mereka semua kaget”
“Apa kamu melihat kalau bokap gue dia sudah tahu kalau aku orang yang akan bekerja di sana, daddy orang yang sangat pintar, tidak pernah menerima karyawan tanpa jelas identitasnya, aku bisa bekerja disana saat itu karena dia sedang berobat ke Singapura”
“Kamu benar, itu artinya dia sudah tau kamu akan bekerja di sana?”
“Bisa jadi,”balas Kania.
Sementara, di perusahan Bu Rosa semakin kepanasan, saat melihat suaminya sangat tenang seolah-olah tidak peduli dengan kehadiran Kania. Setelah acara hari itu selesai Sudung naik ke atas ke ruangannya.
“Apa kamu yang merencanakan semua itu?”
“Merencanakan apa?”
Sudung membuka satu persatu berkas yang menumpuk s di depan mejanya. Lalu tangannya menari-nari dengan lincah di atas kertas, ia menandatangani berkas kerja sama mereka.
“Tentang Kania …,” tangannya terdiam sejenak, ia mendengarkan penuturan Rosa.
“Aku tidak tau”
“Bohong ! kan papi yang membawanya ke perusahaan lalu menendang ku”
“Dia pemegang saham di perusahaan”
“APA?” Rosa kaget.
“Bahkan dia salah satu pemegang saham terbanyak”
“Kamu ingin mengkhianati? jadi , perusahaan hampir bangkrut, semua itu kebohongan agar kamu bisa menjual rumah, villa, mobil lalu aku dan Winda tidak apa-apa itukan rencana mu”
“Berhentilah, menuduh aku dengan pikiran yang macam-macam, aku lagi sibuk”
“Lalu kamu kenapa menggantikan posisiku?”
“Dengar, selama kamu menjabat sebagai komisaris keuangan, perusahaan merugi terus, kamu tidak bisa menciptakan inovasi agar kantor tidak merugi, kamu tidak melakukan apa-apa Rosa, kamu tidak bisa menjaga uang agar tidak keluar dengan begitu cuma-cuma”
“Lalu apa yang aku lakukan?”
“Harusnya kamu peduli dengan nasib perusahaan”
Pertengkaran pun terjadi, suara bernada tinggi terdengar dari ruangan Sudung, tidak lama kemudian Rosa keluar, melihat itu Brayen mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Sudung. Tadinya Brayen ingin bertanya pada sang bapak mertua apa sudah mengetahui kalau Kania sudah di Jakarta.
*
Besok harinya Kania akhirnya datang sebagai pegawai baru.