Kania Wanita yang Cerdas
Hari itu Brayen tidak bersemangat saat masuk kantor, apa yang dikatakan Kania padanya mematahkan semangatnya.
Sementara Kania, hari ini berjalan anggun menuju ruang kerja, jajaran pegawai Lonax hari ini akan mengadakan rapat, maka itu Kania hadir . Ini akan rapat perdana untuknya dan semua pegawai. Sebagai salah satu pemegang saham di sana ia peduli dengan nasib perusahaan.
Saat datang ke ruang rapat semua orang sudah duduk rapi membentuk meja bundar. Rosa menatap Kania dengan wajah mendominasi antara benci, takut dan kagum. Ibu tirinya kagum melihat penampilan Kania yang cantik dan sikapnya yang diam menunjukkan ia wanita yang tegas dan pintar.
Sebelum, rapat dimulai Kania sibuk mempelajari berkas laporan keuangan di depannya, alisnya beberapa kali mengkedut saat ia membaca data-data pengeluaran yang tidak masuk akal tersebut.
Andre, Brayen selalu melihat kearah Kania, Sudung melihat wajah keduanya mencoba menimang tentang arti dari tatapan kedua lelaki tersebut.
Setelah semua memaparkan laporan mereka, kini giliran Kania yang melakukan presentasi, ia menyerang Rosa di depan semua pegawai dan di depan suami sendiri.
“Setelah saya membaca laporan keuangan perusahaan ini, bagi saya pribadi ini sangat mengecewakan sekaligus, mengkhawatirkan untuk saya pribadi selaku pemegang saham di Lonax. Kenapa?
Jawabannya sangat simpel”
Kania berdiri dan membagi-bagikan kertas laporan yang sudah ia print ke setiap meja termasuk ke meja sang ayah.
Ia bertindak sebagai salah satu pekerja di lonax bukan sebagai anak.
“Sejauh yang saya pelajari beberapa hari ini, ada banyak pengeluaran yang tidak bermanfaat dan harganya yang dikeluarkan sangat fantastis. Misalnya biaya untuk operasi hidung Ibu Rossa ke Korea. Saya ngin bertanya>
Apa harus perusahaan yang menanggung biaya perawatan anggota keluarga pemilik perusahaan ini?”
Dug …
Mata semua orang langsung melotot panik dengan serangan yang dilakukan Kania, Brayen, Rosa, Winda, Andre mereka adalah keluarga. Mereka berempat jauh lebih tegang dari sebuah orang dalam ruang rapat.
“Bisa dijelaskan, Bu direktur keuangan?” Kania menatap seorang wanita yang memakai baju biru, wanita langsung ketakutan.
Winda mengangkat tangan memberi instruksi.
“Ya, silahkan!”
“Mohon maaf Bu, mungkin ada satu kesalahan, untuk perawatan Bu Rosa, beliau menggunakan uang pribadi, bukan uang perusahaan,’ ujar Winda membela sang mama. Apa daya ia juga kena terseret bahkan di permalukan.
“Baik Bu Winda,” ujar Kania melirik nama di depan meja rapat,