Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #41

Menolak Tinggal Bersama #41

 

Brayen menelepon Kania beberapa  kali, meminta ingin bertemu dengan Bu Lisda.

 

Tidak ingin dituduh memisahkan hubungan anak dan Ibu , akhirnya Kania membawa ibu  mertua dan putranya  juga Nur ke mall  untuk bertemu Brayen, sekalian ingin belanja, dari rumah Kania sudah mengingatkan Rati untuk waspada saat menjaga Nur, sejak mereka  pindah ke Jakarta baru kali ini,  mengajak Nur ke mall , ia yakin kakak iparnya akan membuat kehebohan. Nur setiap kali ke tempat baru dan atau ke tempat banyak orang, akan melakukan aksi lari-larian  dan berteriak -teriak kegirangan.

 

“Bou, nanti diam ya di sana,” bujuk Rati.

 

“Aa, ya,” jawab Nur lalu ia menempelkan kedua telapak tangannya di kaca mobil, menempel seperti cicak,  ia mengeluarkan oceh-ocehan yang tidak jelas,  saat melihat gedung-gedung tinggi dan mobil yang lalu lalang.

 

“Bou, nanti kalau bou, lari-larian, nanti Jonas ikat di sana,” ujar Jonas.

 

“Ya, Onas ou gak lali”

 

(Ya, Jonas bou gak Lari) jawab Nur.

 

“Janji ya, kalau lari nanti gak dibeli es krim stroberi,” gertaknya lagi.

 

“Iyaaa”

 

Mata Kania fokus ke depan tetapi ia tersenyum mendengar jawaban Nur, walau ia bilang ‘ya’ tetapi nanti akan melakukannya, karena itu penyakit bawaan.

 

“Mama dingin gak? biar aku matiin AC nya” tanya Kania melirik Bu Lisda yang duduk di sampingnya.

 

“Gak, Inang pakai jaketnya aku, tapi, mau bilang apa lagi  dia rupanya, minta bertemu”

 

“Kangen katanya sama mama”

 

“Selama ini gak pernahnya dia kangen-kangen  sama ku, pasti ada maunya dia,” ujar Bu Lisda, ia langsung curiga saat Brayen minta bertemu.

 

“Ma, dia minta datang ke rumah kita, aku gak bolehin kalau dia belum berubah”

 

“Ya, biarkan saja, bagus itu”

 

“Mama gak marah kan?”

 

“Gak lah ngapain mama marah, aku marah,  kalau dia membuatmu menangis,” ujar Bu Lisda.

 

Wanita itu sangat baik dari dulu  sama Kania, membela  menantunya daripada anak sendiri, tidak beberapa lama akhirnya tiba di satu Mall di Jakarta timur .

 

Saat tiba di parkiran, Rati memasang tali pengaman ke tangannya dan di sambungkan ke tangan Nur.

 

“Sudah dipakaikan Nur?” Kania melirik ke jok belakang.

 

“Sudah Bu”

 

“Dengar hanya lima menit doang dia melakukan hal itu, setelah itu dia akan tenang kembali .” Kania menjelaskan sindrom yang dialami Nur, “ nanti awasin saja,  jangan sampai merusak barang -barang orang”

 

“Baik Bu”

 

Mereka turun dari mobil, baru juga di bilang, Nur sudah berjalan cepat-cepat ke dalam mall,  lalu ia bertepuk tangan terus menerus, lanjut jalan sana, jalan sini, lalu muter-muter sampai pusing, apa yang dilakukan Nur jadi perhatian pengunjung mall. Kania bersikap tenang membiarkan Nur melakukannya, karena menurut dokter hanya dengan membiarkannya melakukan hal itu,  barulah ia akan memperoleh ketenangan, setelah lima menit  barulah ia tenang, wajahnya memerah dipenuhi keringat.

 

“Kasih minum saja Rati, setelah ini dia akan tenang,” ujar Kania.

 

“Aduh, aku takut bangat Bu, tadi dia menyenggol pajangan orang sampai pecah,” ujar Rati,  wanita itu , jauh lebih capek karena ikut lari saat Nur lari-larian.

 

Lihat selengkapnya