Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #45

Akhirnya Kania Tahu Sebuah Kebenaran #45

Sebuah Rahasia Besar

Perkelahian Brayen dan Andre, dilihat oleh Sudung, tetap ia tidak mengatakan apa-apa, hanya  melihat dari jendela ruang kerja, seolah-olah ia sudah tahu , kalau Andre menyesal  meninggalkan Kania.

 

“Pulang sana.  Kamu tidak malu bertengkar di depan anak kecil,” ujar Kania.

 

“Apa bapa sakit?”Jonas memeluk kaki Brayen, ia ikut menangis ketakutan.

 

“Tidak apa-apa Bang, ini hanya luka kecil.” Brayen mengusap bibirnya yang terluka karena di bogem sama Andre.

 

“Lihat, kamu akan dapatkan akibatnya nanti, kamu sadar diri, kamu tidak pantas sama mereka, kamu hanya si miskin yang berharap jadi menantu orang kaya,” ujar Andre menunjuk-nunjuk Brayen.

 

“Pergilah, sebelum aku pecahkan kepalamu,” balas Brayen.

 

Saat ia ingin membalas memukul Brayen lagi, supir dan satpam memegangi Brayen, mengantar sampai ke mobil, Kania meminta supir mengambil kotak obat.

 

“Tidak usah, kita pulang saja, aku tidak enak sama Pak Sudung,” ucap  Brayen mengusap bibirnya yang berdarah, bukan hanya bibir, keningnya juga ikut terluka terkena cincin Andre.

 

“Apa kamu yakin?”

 

“Ya, ayo kita pamit lalu pulang”

 

“Aku tidak ingin mama melihatmu seperti ini, nanti dia sedih, kita obati saja dulu lukamu. Jangan bilang kamu bertengkar, bilang saja kejedot pintu mobil atau  kejedot pintu kamar mandi.”

 

“Kamu yakin … aku mengatakan itu.”  Brayen  melirik Jonas, “ anak kecil tidak bisa dibohongi”

 

“Benar juga.” Kania menggaruk batang lehernya, kalau ia minta Jonas berbohong, anak lelaki itu pasti tidak mau, tetapi kalau  jujur takut ibu mertuanya shock.

 

“Tenang saja, jangan dipikirkan, biar aku yang mengatasinya sama mama, kita pamit pulang sama bapak”

 

Saat mereka minta izin pulang, “tunggulah sebentar lagi, mari  duduk di sini.” ujar Sudung mengajak mereka kembali ke ruangannya.

 

Kania menolak, melihat wajah Rosa dan Winda, ia merasa sangat marah, harusnya ia dan adiknya yang tinggal di rumah itu. Namun yang terjadi mereka terusir dari rumah sendiri karena ulah ibu tiri dan saudara tirinya .

 

Kania ingin segera pulang ke rumahnya, bagi Kania rumah keluarganya saat itu, sudah seperti tempat asing.

 

“Kita tunggu bentar lagi Brayen membujuk Kania”

 

“Lain kali saja , Dad”

 

“Daddy, ingin bicara hal penting, Nia,” ujar Sudung dengan suara lembut.

 

Kania akhirnya  menurut, mereka bertiga  duduk kembali saat ingin bicara, daddynya Kania menoleh ke pintu ada bayangan orang yang sedang menguping, ia tahu kalau Rosa istrinya menguping pembicaraan mereka.

 

Kania ikut mengarahkan matanya ke arah pintu, benar saja ada bayangan orang terlihat dari bawah pintu, sadar mereka diawasi, Sudung tidak jadi menceritakan semuanya

 

“obati saja lukamu dulu.” Sudung mengeluarkan  kotak obat.

 

Lihat selengkapnya