Saat Brayen dan Kania lagi asik saling bertukar air liur.
Tiba-tiba suara pintu kabar terbuka, Kania mendorong tubuh Brayen dan Kania merapikan kancing piyamanya yang sudah sempat terbuka dua kancing.
“Hadeh, siapa sih,menganggu saja,” dumal Brayen kesal.
Ternyata Ratih keluar, ia datang membawa gelas, sepertinya ia juga datang ingin minum.
“Eh, Ibu sama Bapak, kok gelap-gelapan”
‘Astaga bang Brayen ngapain lampu dimatikan tadi”
“Tadi banyak nyamuk,” jawab Brayen asal, ternyata jawaban itu dikritik sama Rati.
“Lah, bukannya mati lampu tambah banyak nyamuk Pak?’
“Bukan nyamuk Ti, laron,” sahut Kania.
“Ya, banyak laron, ia mengintip lampu luar dari jendela kaca dapur.
“Ti, kaos mama yang baru kita beli di mana? Tolong ambil kasih ke Bang Brayen ya”
“Ya Bu.” Gadis mudah bertubuh gemuk itu berjalan kembali ke kamarnya dan menyodorkan kaos dan celana pendek untuk Brayen.
“Ini Bang pakai”
“Baju siapa?’ ucapnya protes.
“Itu pakaian oppung, kemarin kami beli salah, belinya model laki-laki sama celananya jadi oppung gak mau pakai, jadi, saya simpan di lemari Pak, ini masih baru,” ujar Rati menjelaskan.
“Abang pakai itu saja, kalau kopinya sudah habis tidurlah sama Jonas, aku mau tidur duluan..”
Kania berdiri dan berjalan buru-buru menuju kamar, lalu ia mengunci mematikan lampu dan tidur.
Brayen tidak bisa memaksa lagi karena ada Rati
Setelah menghabiskan kopi dalam gelas tersebut Brayen naik lagi, kamar Jonas dan kamar mamanya bersebelahan, Brayen hanya tersenyum kecil saat melihat lampu di kamar Kania dimatikan, ia tidak ingin memaksa lebih jauh. Brayen ingin mendapatkannya dengan perlahan-lahan, dapat diterima di rumahnya ia sudah sangat senang.
Brayen masuk ke kamar Jonas juga, setelah berganti pakaian, ia merebahkan tubuhnya di samping Jonas, ia tersenyum lebar saat membayangkan yang mereka lakukan di mobil sama di dapur.
“Aku bisa meluluhkan hatimu yang sekeras batu itu Kania,” ujar Brayen.
Melihat Jonas tidur telungkup Brayen tersenyum kecil, “kamu juga tidur seperti itu.” Brayen menyelimuti Jonas.
Melihat sikap sopan Jonas, Brayen jatuh hati, padahal sebelumnya, karena jarang bertemu Brayen tidak pernah peduli pada putranya , tetapi setelah melihat dan mengenal lebih dekat, Brayen benar-benar sayang, apalagi saat melihat Jonas dekat dan sayang sama Bu Lisda. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dadanya saat bersama Jonas
“Bapa, belum tidur?” Ia terbangun.