Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #49

Mencoba Meluluhkan hatinya #49

Mencoba Meluluhkan Hatinya

 

Karena kejadian  yang menggemparkan itu, Kania tidak bisa tidur, keamanan komplek perumahan  mendatangi rumah Kania karena mendengar laporan warga yang mendengar teriakan ‘maling’

 

Brayen kebetulan masih duduk di luar, mendengar keamanan komplek datang Kania turun dari kamar, tadinya ia ingin marah karena rumahnya disatroni maling, tetapi ia berpikir lagi ;

 

‘Mungkin benar kata mama, mereka sudah mengawasi dari kemarin, tidak usah marah'

 

“Saya, minta maaf Bu, karena rumah ibu  sampai di satroni maling, padahal baru saja tadi kami berkeliling komplek, kami juga tidak ada kedatangan tamu untuk berkunjung malam ini. Kalau ada tamu yang tidak kami kenal , akan di minta ktp sebagai jaminan, tapi malam ini, tidak ada orang asing yang masuk”

 

“Baik Pak, kami mengerti mungkin mereka orang sini, tapi tolong diawasi ya Pak, kata ibu saya kemarin ada orang naik motor mengawasi rumah kami”

 

“Baik Bu, akan kami perketat lagi penjagaan di komplek”

 

Penjaga keamanan pergi, Kania  memeriksa gembok gerbang , ia bahkan  menggunakan dua gembok, wajahnya terlihat sangat cemas.

 

“Bang, apa menurutmu mereka datang lagi?”

 

“Jangan panik, kalau kamu panik semua orang di rumah ini akan ikut-ikutan panik”

 

“Lalu apa yang akan aku lakukan, melihatmu terluka seperti itu aku sangat takut. Bagaimana kalau tadi mereka melukai sampai parah?”

 

“Kau khawatir padaku?”

 

“Tentu saja bodoh,”ucap Kania menutup wajahnya

 

“Eh suaminya dikatain bodoh,” ujar Brayen tertawa kecil.

 

“Kamu dengar jantung belum stabil, lihat.” Kania menarik tangan Brayen meletakkannya di dada memperlihatkan pada lelaki itu betapa takutnya dia.

 

“Tidak apa-apa Nia, aku akan  menjaga kalian, aku tidak akan pernah pergi lagi”

 

 

Tiba-tiba mata Kania dipenuhi  bendungan  yang siap tumpah, kata-kata yang dari dulu ingin ia dengar dari Brayen, akhirnya terucap juga.

 

Sedetik kemudian bendungan air dalam matanya, mengalir deras menyusuri pipi mulus itu, ia menahan diri agar tidak terisak-isak di depan Brayen, ia selalu berpikir kalau dirinya kuat dan akan selalu kuat.

 

“Kamu serius?”

 

“Ya aku serius”

 

“Terimakasih,”ujar Kania.

 

Padahal Brayen berharap ia memeluk wanita cantik itu untuk menenangkannya, tetapi rasa bersalah karena perlakuan buruknya di masa lalu, jadi ia akan bertindak hati-hati tidak ingin karena  terlalu gegabah Kania malah membenci dan menjauhinya.

 

“Ya sudah, kamu tidur saja aku yang akan berjaga di sini”

 

Lihat selengkapnya