Apa yang dilakukan William, Kania, Intan hal yang sangat nekat dan berbahaya, awalnya William hanya ingin memperlihatkan apa yang dilakukan Rosa pada bapak Kania. Niiatnya hanya ingin membantu sahabatnya, tidak ada niat membawa Intan.
Namun siapa yang menduga
karena teriakan kaget yang dilakukan Intan kekasih William hampir saja
membunuh merek bertiga. Mereka di sekap di gedung belakang Villa,
rencananya mereka akan dilenyapkan, hanya tinggal menunggu perintah dari bos
wanita bertato itu. Ia di dikenal bos Mafia wanita seorang germo dan
pemasukan barang haram ke berbagai club malam.
Sebenarnya wanita itu
juga, sudah lama jadi incaran Beny, tetapi ia selalu lepas, licin bagai belut,
karena dia didukung seorang dari dalam.
Beruntung ada
Jonas si anak jenius yang menolong mereka.
Setelah penjaga itu
ditumbangkan, mereka bertiga melarikan, setelah diberitahu Jonas barulah
mereka menggeser lemari dan benar pintu menuju bagian belakang rumah. Dan
di belakang hanya ada tembok tinggi jalan satu-satunya keluar melalui
pembuangan limbah. Bagi Kania dan William tidak mengapa lewat dari got keluar
yang terpenting nyawa selamat. Tetapi tidak untuk Intan ia menolak
"Aku tidak mau
masuk itu bau bangat,” ujar Intan.
“Kamu mau mati di sini,
lihat kandang yang di tutup jeruji besi, itu kandang buaya, ayo. William
menarik masuk ke lubang seperti terowongan dan tembus ke kali pembuangan
limbah. Intan muntah-muntah karena bau dan warnanya hitam pekat.
Mereka terus berjalan di sisi kali tidak peduli jadi tontonan orang.
"Mama maju
lagi ada mobil polisi yang menunggu di depan,” ucap Jonas lewat telepon dan
akhirnya mereka bertiga selamat walau harus bau busuk dan luka-luka di wajah
dan tangan.
Tiba dalam mobil kedua
polisi yang diperintahkan Beny untuk menjemput sampai tutup hidung karena
mereka dapat penumpang berwarna hitam dan berbau busuk
“Maaf Pak polisi kami
bau,” ujar Intan lalu menangis sedih, karena mereka bertiga hampir mati.
"Sudah jangan
nangis, kalau bukan karena ulah lu kita tidak seperti ini, dari rumah gue sudah
peringati lu untuk hati-hati,” ucap William kesal
"Sudah jangan
marah-marah lagi yang penting kita keluar masih bernyawa," ujar Kania.
Mereka bertiga diam
seperti patung.
"Maaf ya Pak, kalau
kalian ke bauan"
“Ya, baunya buat
perut bergejolak.” Polisi membuka jendela mobil.
William hanya diam,
ia berharap temannya tidak mendapat masalah karena ulahnya, ia menyesal
mengajak Intan ke tempat itu.
“Apa kamu baik-baik
saja?” tanya Kania pada William.
“Aku berharap
mereka tidak menemukan ponsel kita di dalam mobil, kalau orang jahat itu
menggeledah mobil, mereka akan tahu kalau Haris yang memberi kode undangan itu