Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #64

Kehidupan Rumah Tangganya Diusik#64

Kehidupan Rumah Tangga Diusik

Andre akhirnya bisa diseret ke kantor polisi, ia menunggu waktu untuk sidang, ia sangat marah saat tahu kalau ia tidak bisa bebas dengan mudah, ia tidak terima maka ia menggunakan cara lain untuk  mengusik keluarga Kania.

 

Beberapa minggu kemudian.

 

Setelah pengangkatan Daren sebagai direktur utama di perusahaan itu dan  Brayen sebagai wakil direktur, Brayen melakukan bersih-bersih, ia memecat semua orang yang terlibat dengan  Andre, bukan hanya di pecat, ia bahkan meminta beberapa orang mengganti uang perusahaan.

 

Saat  sedang duduk di ruangan barunya.

 

Daren datang dan ia duduk di depan meja Brayen, ia menatap Brayen dengan tatapan penyelidikan.

 

“Apa ada yang salah Pak Daren …?”

 

”Aku berharap dengan jabatan  baru yang kamu terima tidak jadi lupa diri pak Brayen”

 

“Maaf. Semua pemecatan itu dan pergantian pegawai saya sudah meminta pendapat dari Pak Sudung”

 

“Bukan soal itu, aku  berharap setelah  bapak  duduk sebagai wakil direktur, jangan merasa hebat lalu punya banyak wanita simpanan dan meninggalkan kak Kania”

 

“Aku tidak akan melakukan itu Pak Daren …aku sudah mencintai keluargaku,” ujar Brayen tenang, ia sadar, ada satu lagi orang yang mengawasinya sekarang.

 

“Dengar … aku akan mengawasimu,” mengarahkan dua jari ke matanya lalu ke arah Brayen, melihat aksi kekanak-kanakan iparnya Brayen ingin tertawa.

 

“Baiklah, aku akan mengingat ancaman itu”

 

“Oh, satu lagi, apa Pak Brayen sudah menerima keponakanku dengan tulus sebagai anak, ibu tiri ayah tiri aku pikir semuanya jahat,” ucap Daren.

 

‘Aku  sangat menyayangi Jonas lae’ balas Brayen dalam hati.

 

“Sudah”

 

“Jangan sampai kamu menyakiti hati kakakku dan keponakanku ,” ucapnya lagi, sebelum ia keluar dari ruangan,  ia kembali mengarahkan dua jarinya lagi ke mata, lalu ke arah Brayen, sikapnya masih seperti anak remaja.

 

Saat lagi  fokus bekerja, telepon diatas  meja berdering.  Sudung meminta bertemu lagi, awalnya ia berpikir ayah mertuanya protes karena Brayen membentuk aturan baru di kantor.

 

Sebelum mengetuk ruangan bapak mertuanya, Brayen menarik napas panjang, lalu ia mengetuk  pintu.

 

Tok, tok …

 

“Masuk!”

 

Di sana sudah  Daren , Brayen selalu merasa gugup setiap kali bapa mertuanya meminta untuk bicara, ia duduk dan mencoba menarik dasi  yang ia kenakan, karena tiba-tiba merasa sesak.

 

“Ya Pak.” Brayen menunduk dengan hormat seperti biasa.

 

Lihat selengkapnya