Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #74

Menolak #74

Menolak

Brayen dan Winda masih di apartemen, wanita bertubuh seksi itu berpikir kalau lelaki sekelas bapak mertuanya bisa tergoda dengannya, ia berpikir menggoda Brayen hal yang mudah untuk. Namun saat ia melakukan aksinya, Brayen hanya menatapnya dengan tatapan acuh.

 

Winda sangat kesal saat Brayen melihatnya tanpa minat, ia menarik kursi dan mendekatkan ke depan Brayen.

 

“Apa kamu menganggapku sepele?”

 

“Bu Winda, saya tidak pernah merasa seperti itu, kamu yang memintaku datang ke sini, ya sudah saya datang, sekarang kenapa kamu yang marah-marah?”

 

“Kamu munafik pak Brayen, kamu yang bilang banyak pria yang tergila-gila padaku, lalu kenapa kamu tidak …?”

 

“Karena saya masih sadar… jika aku melakukan hal bodoh seperti yang kamu inginkan itu, itu sama saja aku melompat ke dalam jurang, istriku akan melemparku ke laut dan membuatku kehilangan segalanya, anak, istri dan karir. Itu alasannya sudah.”

 

“Ah … kamu munafik, kamu kan badboy.”

 

“Itu dulu Bu Winda.”

 

Merasa di tolak, Winda mulai kehilangan kepercayaan diri, pakaian yang tadi sempat dilepaskan ia pungut dan ia tutupi bagian dadanya dengan kain tersebut.

 

“Berhenti menatapku seperti itu, itu tatapan merendahkan,” ujar Winda.

 

“Aku tidak merendahkan siapapun Bu Winda, kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan aku pulang saja.”

 

“Tunggu, apa alasanmu menolak? Aku tidak kalah cantik dengan Kania.”

 

“Bagiku Kania lebih cantik Winda.”

 

“Apa karena dia istrimu? Kalau kalian misalkan belum menikah kamu pasti memilihku, kan?”

 

‘Tidak mungkin aku membuang berlian dan memilih imitasi’ ucap Brayen dalam hati.

 

Brayen diam, ia menekan alat komunikasi di kupingnya karena kesal.

 

“Bagaimana kalau kita bersenang-senang aja, aku tidak akan bilang sama Kania, tidak akan rugi kan … aku kesepian. Andre tidak pernah lagi menyentuhku, karena itu aku melakukannya dengan ayah mertua. Apa kamu mau membantuku?”

 

Ini satu ujian bagi Brayen, di satu sisi ia menginginkan kehangatan karena ia juga sudah lama tidak ganti oli, di sisi lain yang menawarkan kehangatan untuknya adik tirinya.

 

“Maaf Winda, aku tidak mau merusak kepercayaan Kania, sangat susah untuk menaklukkan hatinya, aku tidak ingin merusaknya,” ujar Brayen.

 

“Apa kamu tidak suka perempuan?” Winda meledek Brayen, karena marah ia juga mulai melakukan kata-kata penghinaan untuk memancing emosi Brayen.

 

Brayen marah bukan hanya pada Winda, ia juga marah sama Kania. Tadi Brayen sudah mengajak Kania untuk datang bersamanya untuk menemui Winda, Ternyata Kania menolak, ia memilih menunggu di mobil dengan William, mengawasi pertemuan Brayen dan Winda lewat alat komunikasi yang mereka pasang di pakaian Brayen. Mereka berdua tertawa saat Winda melepaskan pakaiannya dan menggoda Brayen.

 

“Jika kamu memintaku datang ke sini hanya ingin merayuku seperti itu, itu bung-buang waktuku saja Bu Winda.” Brayen berdiri.

 

“Apa kamu tidak ingin tahu apa yang dikatakan Andre? Jika kamu pergi kamu akan menyesal.”

Lihat selengkapnya