Brayen akhirnya bisa membuktikan kemampuannya, setelah beberapa minggu resmi menjabat sebagai wakil direktur, akhirnya ia bisa memulihkan perusahaan Lonax kembali. Namun, Sudung masih belum tenang dan ini akan jadi tugas mereka berikutnya, karena masih ada tugas penting yang ingin mereka lakukan, sebab surat-surat perusahaan masih di tangan Rosa.
“Daddy sudah senang dong perusahaan kembali pulih,” ujar Daren.
“Ini, belum bisa tenang Daren, Rosa masih menyimpan semua berkas perusahaan , aku merasa dia merencanakan sesuatu, karena beberapa minggu ini dia juga menghilang.”
“Mungkin dia sakit hati karena Om Iyos berselingkuh dengan Winda, lalu dia menyenangkan diri,” ujar Daren.
“Soal laki-laki itu tidak akan masalah baginya, dia hanya takut kalau dia tidak punya pemasukan, Iyos masuk rumah sakit, semua asetnya di kendalikan istrinya dan sudah pasti Rosa tidak dapat pemasukan lagi."
“Aku takut mau dia menjadikan surat-surat perusahaan jadi jaminan. Mungkin dia sudah meminjam uang ke bank atau ke koperasi . Cobalah kalian pikirkan ... bagaimana caranya untuk mendapatkan surat-surat itu kembali. Kania selalu punya cara, kenapa Kania tidak mau datang lagi ke sini, apa dia sangat sibuk belakangan ini?”Sudung menatap Brayen.
“Ya Pak, dia sangat sibuk, dia sedang mengurus kafe baru."
“Kenapa, Kak Kania begitu keras kepala sih, apa susahnya memaafkan daddy dan aku?”
‘Bukan hanya kalian Lae … apa kalian pikir aku bisa menaklukkan hatinya? Bahkan sampai saat ini aku masih pisah kamar dengannya’ Brayen membatin.
*
Di sisi Lain.
Kania menyibukkan diri untuk bekerja, ia kadang menginap di kantor, beruntung gedung perkantoran yang dipakai Kania memiliki satu ruang untuk ia tidur, dilengkapi dengan dapur, hari itu Kania pulang ke rumah.
“Apa tokomu sangat rame?” Tanya Bu Lisda saat melihat Kania pulang ke rumah siang itu untuk mengambil pakaian bersih.
“Rame Ma … aku banyak kerjaan.”
“Kamu sekarang jarang di rumah, hanya sibuk bekerja, bahkan kamu sudah berapa hari ini tidak bertemu Brayen, apa tempat di sana aman?”
“Aman kok Ma, ada juga karyawan yang tinggal di sana, pulang ke rumah bolak balik macet … capek di jalan,"ujar Kania beralasan.
“Apa ada masalah dengan Brayen …?”
“Tidak Ma, kami baik-baik saja.”
“Aku rindu melihat kita makan bersama-sama. Belakangan ini kalian berdua sibuk bekerja, Brayen pulang malam, kamu sampai tidak pulang … kapan mama melihat kalian bersama?"