Mendengar ajakan ke kamar , Brayen sangat bersemangat, di dalam kamar mandi ia bersenandung ria sesekali menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.
“Apa dia sudah berubah pikiran sekarang,” gumam Brayen pelan, kedua ujung bibirnya saling bertarikan mengukirkan senyuman yang samar.
Keluar dari kamar mandi, ia melirik ke arah ranjang Jonas sudah terlelap tidur, dengan gerakan yang hati-hati Brayen membuka lemari pakaian dan mengeluarkan kaos street berwarna abu-abu dan celana pendek.
Setelah berpakaian lengkap ia membuka pintu dengan hati-hati lalu ia mengetuk kamar Kania.
Saat Brayen dipersilakan masuk ia ia meneliti kamar Kania dengan berdecak kagum. "Wow"
Kamar Kania tampak lebih luas dari kamar Jonas dan kamar ibu mertuanya, di lengkapi meja kerja dan lemari penyimpanan file-file kamar bernuansa putih, tidak memiliki banyak perabot hanya ada sofa panjang, lemari pakaian, ranjang dan sofa.
“Sini duduk Bang, mari kita bicara.”
“Kamar kamu sangat berbeda.”
“Berbeda dari apa?”Kania menatap Sekilas ke arah sang suami.
“Kalau biasanya kan kamar perempuan itu banyak pernak perniknya, ada meja hias banyak gantungan di dinding dan berwarna pink.”
‘Kamar perempuan saja dia hapal bagaimana bentuknya, ketahuan sekali dia sering masuk ke kamar perempuan’ ucap dalam hati, makin ilfil dengan sikap Brayen.
“Selera orang, kan, beda-beda Bang, aku lebih suka luas dan plong seperti ini dan bisa melihat pemandangan luar dari kaca.” Kania menarik gorden kamar, memperlihatkan suasana malam dengan kilauan lampu di jalanan ibu kota. Kania sengaja menggunakan kaca sebagai dinding sebelah kamar.
“Ya, selera kamu unik,” ujar Brayen, ia kembali di buat kagum dengan isi kamar Kania, menggambarkan wanita yang tegas dan tidak banyak neko-neko.
“Gini bang.” Ia kembali menutup gorden kamar, “untuk kebaikan semua orang mari kita tidur di kamar ini.”
“Ok, aku siap.” Brayen menunjukkan ekspresi bahagia, ia menatap ranjang yang ber ukuran king size tersebut.
“Tapi kita akan tidur terpisah,” ujar Kania.
Wajah Brayen langsung berubah,”maksudnya…?”
“Abang akan tidur di ranjang yang berbeda denganku.”
“Apa kamu ingin mempermainkan ku? Kenapa kamu memintaku tidur di sini kalau tetap akan tidur pisah, mending aku tidur sama Jonas di ranjang yang sama bisa saling berpelukan.”
“Masalahnya inang ingin kita tidur satu kamar.”
“Gak usah dengerin mama. Kamu egois, kalau kamu tidak suka denganku jangan memintaku ke sini.”