Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #79

Dia Berubah #79


Apa yang di lakukan Kania akhirnya mengubah sikap Brayen. Bapak satu anak itu menunjukkan perhatiannya pada keluarga dan tidak pernah pergi lagi ke bar mencari wanita untuk bersenang-senang.

 

Kini mereka berdua sudah saling berkomunikasi di kamar walau masih tidur terpisah.

 

“Apa besok kita tidak usah datang?” tanya Brayen, ia merebahkan tubuhnya di atas sofa di kamar Kania, mereka baru pulang dari rumah bapak Lina.

 

“ Kita harus pergi Bang, itu pesta keluarga Sitanggang. Sebagai keluarga kita harus datang. Tadi aku tidak salah kan minta inang sama abang duduk di depan, abang itu sebagai ganti bapak mertua.”

 

“Aku malas berdebat sama mereka tadi Dek.”

 

“Tunjukkan kalau Abang bukan Brayen yang dulu, waktu dulu kamu memang gembel dan terima apapun mereka bilang, tetapi sekarang kamu sudah orang sukses, dalam adat Batak, keluarga dari pihak laki-laki duduk di depan dan abang harus di sana sama inang, kalian saja berdua sama inang aku tidak usah,”ujar Kania.

 

Besok pesta pernikahan anak bapa uda Brayen( paman) sebagai marga Sitanggang, ia akan datang, Brayen berat hati untuk hadir di sana, saat mereka datang mama Lina dan keluarga yang lain tidak menganggap mereka. Namun, Kania ingin menunjukkan pada mereka ibu mertuanya bukan wanita yang  bisa mereka sepelekan lagi.

 

“Besok kan Sabtu, Jonas biarkan saja ikut ya.” Brayen melirik Kania.

 

“Abang yakin tidak apa-apa? Nanti di tanya orang tentang ini dan itu, abang tersinggung dan marah-marah,” ujar Kania mengingatkan Brayen.

 

“Tidak lagi, itu dulu sebelum tobat,” timpal Brayen.

 

“Sekarang memang sudah tobat?”

 

“Sudah, ini buktinya, aku sudah bisa terima walau aku harus tidur di sini tiap hari harus kuat menahan godaan.”

 

“Godaan apa? Memangnya aku goda kamu,”ujar Kania.

 

“Melihatmu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, melihat kamu berganti pakaian, memangnya Aku tidak tersiksa,” ucap Brayen bicara jujur.

 

“Oh … sabar itu masih tahap seleksi, mampu gak?” Kania menoleh ke arah Brayen yang sudah rebahan di sofa.

 

“Harus,” jawab Brayen lalu ia menarik selimut, lalu tidur.

 

Kania duduk menyadarkan tubuhnya di sandaran ranjang, ia sedang memeriksa berkas-berkas dari kantor, melihat Brayen tidur di sofa sebenarnya ia merasa kasihan, tetapi ia ingin melihat sejauh mana Brayen bisa bertahan untuk  keluarganya.

 

Melihat Brayen meringkuk kedinginan Kania menyelimuti dengan selimut yang lebih tebal.

 

‘Kamu harus kuat Bang, karena kamu itu kepala rumah tangga’ ucap Kania dalam hati.

 

Kania mempersiapkan pakaian untuk mereka pakai besok ke pesta, setelah semua beres barulah Kania tidur.

 

*

 

Saat pagi tiba.

 

Hari ini keluarga Kania akan menghadiri pesta pernikahan sepupu dari Brayen.

 

Brayen sudah rapi dengan setelan jas berwarna hitam dan Bu Lisda sudah cantik dengan kebaya, sementara Jonas kemeja batik di padukan dengan celana jeans, Kania juga cantik dengan balutan kebaya yang sama dengan ibu mertuanya.

 

“Abang pakai dasinya biar rapi.” Kania memakaikan dasi ke leher Brayen.

 

Melihat Brayen berubah, Kania juga lambat laun berubah, ia akhirnya menunjukkan perhatiannya pada suaminya.

Lihat selengkapnya