Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #84

Minta Adik #84

Berkat bantuan beberapa pengacara yang di bawa Jonathan akhirnya Kania mengusir Rosa dari keluarga mereka tanpa mendapatkan apa - apa bahkan uang yng ia minta dalam tuntutannya tidak dikasih sama Kania.

 

Wania cantik itu akhirnya menang berkat dukungan semua keluarga dari pihak marga Situmorang.

 

Hari itu Kania dan Brayen, Jonas datang ke arisan keluarga dari pihak marga Kania, sebagai boru ( anak) ia jadi pelayan karena dalam adat Batak jika ada acara di pihak marga Kania, maka ia akan pelayan. Ia sibuk menyiapkan kopi dan cemilan untuk semua keluarga, Brayen melihat Kania bolak balik bahkan ikut mencuci piring di belakang.

 

Kalau di rumah Kania tidak pernah memegang bagian pekerjaan rumah sudah ada Rati dan Boni yang mengurus semuanya, tetapi dalam arisan kali ini, karena ia pihak anak dari marganya ia akan jadi pelayan. Itulah uniknya adat Batak tidak perduli apa jabatanmu dan sekaya apapun dirimu, jika kamu dalam marga sebagai anak, keponakan maka kamu akan jadi pelayan.

 

Beda lagi ceritanya kalau acara di pihak Sitanggang marga dari suami, maka Kania akan sebagai nyonya di sana hanya duduk da akan dilayani, maka itulah tradisi adat Batak. Hal itu sangat berlaku di keluarga sepupunya Jonathan Situmorang, semua anak dan menantu di rumah Jonathan sangat patuh dan tau tentang tata krama dalam adat.

 

“Nanti kalau bapa kamu sudah pulang ke Indonesia, kamu harus paksa dia ikut arisan lagi,” ujar papi Jonathan menatap Kania.

 

“Ya bapa tua,” jawab Kania.

 

Lalu ia pergi lagi ke dapur untuk menyiapkan kopi untuk keluarga yang baru datang.

 

“Nia, anak lu akrap bangat sama Brayen,” ujar Eva sepupunya.

 

“Ya Kak, dia lebih dekat sama bang Brayen dari pada aku sekarang,” balas Kania.

 

“Brayen sepertinya tulus bangat mencintai Jonas,” timpal Anita yang saat itu ikut duduk di dapur.

 

“Sudah Nia, jangan marah lagi … Brayen sudah berubah, kalian sudah bisa tambah anak lagi,” ujar Eva.

 

Mendengar nasihat kakak sepupunya Kania hanya tersenyum, ia melirik Brayen yang mengusap wajah Jonas dengan tissu, Jonas keringatan, anak lelaki itu duduk bersandar di badan Brayen sembari memainkan game di ponsel milik Brayen.

 

“Ya Kak aku juga sudah memikirkannya, oppung Jonas juga sudah beberapa kali menyingung ke sana”

 

“Lalu Brayen … apa dia tidak menuntut?” Tanya Arnita dan Eva menatap Kania dengan wajah penasaran.

 

“Dulu, iya … tapi sekarang dia lebih sabar dia tidak mau macam-macam lagi,” ujar Kania.

 

“Kalau dia sudah berubah baik, jangan ditekan lagi,” ujar Eva menasihati.

 

“Sudah, kalian bikin pesta adat saja di Jakarta ini, biar semua keluarga tau, kalau kamu sudah menikah,” imbuh Arnita.

 

“Ya, daddy juga pernah mengatakan seperti itu, tapi saat itu aku posisinya masih marah pada mereka berdua, tetapi, sekarang aku sudah memikirkannya kembali, mungkin kami akan melakukannya kak, tunggu semua masalah selesai,” tutur Kania.

 

“Gitu dong … kita yang mendengarnya ikut bahagi. Sudah saatnya kamu bahagia sekarang wanita itu sudah pergi dari hidup bapa uda.” Arnita tersenyum.

 

Acara arisan sudah selesai dan mereka pulang, saat perjalanan Bekasi -Jakarta, Kania diam, ia memikirkan semua nasihat keluarga padanya, melihat sikap Brayen yang sudah berubah, Kania memikirkan kembali tentang hubungan mereka.

Lihat selengkapnya