Dari sejak malam itu hubungan keduanya menjadi baik, Brayen bekerja semakin bersemangat di sela mengurus mengurus persiapan pesta adat yang akan diadakan bulan depan. Brayen dan Kania membuka satu yayasan kemanusiaan yang menampung orang- orang seperti Nur yang memiliki keterbelakangan mental dan sering mereka lihat terlantar di jalanan. Yayasan itu akhirnya berdiri hanya baru beberapa bulan saja sudah ada puluhan yang penghuni yayasan tersebut di mana diantaranya banyak wanita muda yang depresi karena korban perceraian dan memilih jalan yang salah dengan cara menghirup lem dan membuat mereka kehilangan akal sehat dan terlantar di jalanan.
Setelah Kania dan Brayen mendirikan Yayasan, mereka kerap membagikan kegiatan aksi sosial dan kegiatan Nur, di laman media sosial maing- masing , tidak lama kemudian beberapa influence bergantian mendatangi yayasan dan galeri lukis milik Nur dan Nur terpilih jadi salah satu wanita inspiratif.
Tidak hanya di situ, kebahagian mereka masih berlanjut, seorang kolektor dari Paris memesan satu lukisan dari Nur dengan harga yang ditawarkan fantastis.
“Bou sangat hebat,” puji Jonas memuji Nur, wanita gagu itu hanya ikut tepuk tangan saat semua orang bertepuk tangan untuknya.
Jika orang lain memuji dan bergembira Nur akan semakin bertambah bersemangat.
“Ada seorang seniman dari Paris meminta eda melukis danau Toba dan ingin diringa dan istrinya ditempatkan dalam lukisan tersbut … tapi dia minta hanya beberapa hari, mau diambil gak Bang?” tanya Kania.
“Hitungan hari itu terlalu cepat Ma, aku takut kak Nur kurang istirahat,” sahut Brayen ia duduk di samping Brayen memeluk dengan sayang pundak putranya.
“Ya Ma, kasihan Bou, menjelang acara show aja dia sudah sering tidur malam,” sahut Jonas.
“Baiklah tidak usah kita ambil.”
Tetai tiba-tiba Nur mengulurkan tangannya.
“Eda … tidak apa - apa aku bisa, aku mau,” ucapnya dengan bahasa yang gagu.
Mereka semua saling menatap. “Tapi waktunya mepet Da, hanya empat hari, belum persiapan acara show nanti,” ucap Kania.
“Tidak apa -apa aku bisa,” ucapnya lagi, walau bahasa tidak jelas, tetapi untuk mereka yang sudah lama mengenal Nur, sangat mengerti apapun yang dikatakan Nur.
“Bagaimana Ma, eda mau ambil pesanan lukisannya?”
“Ya sudahlah kalau dia yang mau, yang penting bukan kita yang maksa,”ujar Bu Lisda.
Nur bukan tipe orang yang mau dipaksa, kalau dia tidak lagi mood ia bisa berhari-hari tdak masuk ke ruangannya, ia hanya nonton, rebahan dan bermain dengan Jonas, tetapi kalau ia lagi bersemangat bisa - bisa tidak keluar dari ruang melukis itu. Kali ini itulah yang terjadi, beberapa hari ini ia sangat bersemngat karena ia melihat ada kegembiraan dan kebahagian terpancar di wajah adik laki - lakinya dan keponakannya ia ikut bahagia alhasil ia menghasilkan banyak lukisan yang sanga indah hanya beberapa hari saja.