Kania masih berbaring lemah di ranjang rumah sakit, dokter terpaksa memberinya nutrisi melalui infus, Kania pingsan karena lambungnya kosong, tidak makan dari kemarin.
Wajahnya pucat, tapi ia tampak sangat bahagia atas kehamilannya. Brayen masih duduk di ranjang menatap istrinya dengan penuh cinta, perhatiannya sama Kania semakin besar, ia tidak meninggalkan Kania.
Sementara Sudung meminta teman dokternya untuk memberikan kamar VIP untuk Kania. Padahal sebelumnya Brayen sudah minta terlebih dulu untuk memindahkan Kania ke ruangan yang memiliki fasilitas lengkap, tapi kata petugas rumah sakit, kamarnya sudah penuh. Namun, saat Sudung yang minta pada dokter kamar yang tadinya dibilang kosong langsung mendadak ada.
‘Ternyata tidak cukup hanya banyak uang, sepertinya harus punya koneksi juga di rumah sakit baru diakui’ ucap Brayen dalam hati.
Kania akhirnya dipindahkan ke kamar yang lebih bagus.
Selama dalam kamar rumah sakit Kania mendapat banyak perhatian dari keluarga terlebih dari sang suami, Brayen dan Jonas orang paling bahagia saat mendengar Kania hamil, di saat mereka berdua bercanda di samping Kania, bapak mertuanya datang, ia seolah-olah menganggu kebahagiannya.
“Mulai saat ini kamu akan lebih perhatian sama istrimu, masa sudah hamil tiga bulan kalian tidak tahu,” ujar Pak Sudung menatap Brayen.
“Baik Pak, aku akan melakukannya.” Brayen merasa bersalah sekaligus malu.
“Dokter yang tadi sampai curiga sama kalian,” ucap Sudung.
“Curiga apa?” tanya Kania bingung.
“Dokter pikir kalian pasangan selingkuh,” ujar bapa Kania. Kania tertawa ngakak karena di curigai pasangan selingkuh sementara Brayen menunduk malu karena ia merasa tidak enak karena bapak mertuanya menegur dirinya.
“Kamu istirahat di sini Nia, jangan pulang dulu, tunggu sampai kamu kuat, saya sudah meminta dokter untuk merawat kamu di sini sampai pulih, daddy juga sudah meminta dokter ahli gizi untuk kamu” ucap Sudung.
” Baik Dad, sudah Daddy pulang saja , istirahat di rumah, nanti bang Brayen yang menjagaku.”
“Tidak, biarkan suamimu pulang, dia akan kerja besok, biar daddy di sini. Aku pengangguran,” ujar Pak Sudung.
Brayen sebenarnya ingin menjaga istrinya dan ia ingin tetap di bersama Kania, berhubung karena bapak mertuanya yang minta ia tidak bisa menolak.
“Bapak gak ke kantor Besok? Kita ada rapat pemegang saham, Pak.”
“Itu tugas kamu sama Daren, aku ingin menjemput dan mengantar cucuku besok ke sekolah, sehabis itu kami akan main catur di sini,” ujar Sudung, ia tidak mau terlalu mengurus soal pekerjaan saat itu, ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan cucunya, Pak Sudung sangat senang jika bersama Jonas, hobi mereka berdua sama.