Kebahagian yang terusik.
Baru juga beberapa bulan Brayen dan Kania merasakan kebahagian yang luar biasa saat ia tahu kalau istrinya hamil, ternyata di balik kebahagiaan dan kesuksesan mereka, ternyata ada makhluk yang merasa kepanasan.
Andre tidak terima saat Kania tertawa bahagia bersama Brayen, lelaki yang dulunya orang yang jadi pesuruhnya, hanya supir, ternyata jadi bos besar, bahkan memiliki wanita yang dulu ia cintai.
‘Kenapa kamu bahagia, sementara aku terpuruk’ ucap Andre dalam hati. Ia menatap sinis ke arah mobil Brayen, lalu membaret badan mobil menggunakan kunci mobilnya, karena kemarahan dan kebencian dalam hatinya, ia tidak sadar kalau perbuatanya terekam camera cctv di gedung kantor Kania. Lalu Andre meninggalkan kantor Kania setelah ia membuat kepanikan di sana.
Semetara di dalam kantor Brayen masih panik melihat Kania yang pucat.
“Apa yang kamu rasakan Ma? ayo kita ke rumah sakit,” ucap Brayen ingin mengendong Kania
“Tidak apa-apa, sudah tenanglah, aku hanya terkejut saja, tiba-tiba lelaki itu sudah ada di ruanganku”
“Apa kamu masih merasakan sakit? tanya Brayen hampir menangis karena khawatir. Ia mengusap sudut matanya meletakkan kepalanya didudukan kursi
“Papah kenapa?”
“Aku sangat takut tadi, aku takut kalian berdua kenapa- napa,” ujar Brayen, ia masih duduk jongkok di bawah sofa.
William tiba-tiba masuk.
“ Apa yang terjadi Nia? Kata Kris ada Andre yang datang.”
“Ya, dia mencoba mengusikku dan tangannya memainkan korek di tangannya, aku ketakutan saat matanya menatap perutku terus menerus,” ucap Kania.
Brayen menahan emosi mendengar kalau Andre ingin menyakiti Kania dan bayinya.
“Bagaimana kalau kita bawa Kania ke dokter Bang,? kasihan dia sangat pucat,” ucap William.
“Baiklah, biarkan saja saya yang bawa, Pak William jajag kantor saja.”
“Gantikan aku rapat kali ini lagi ya,” ucap Kania.
“Baiklah,” jawab William, hanya ia yang bisa diandalkan Kania dalam perusahaan. Jonas Karya tidak akan bisa berkembang pesat sampai sebesar saat ini tanpa Wiliiam.