Andre sangat berterimakasih pada Pak Sudung karena mau menyelamatkan maminya yang sakit parah, walau Andre dan keluarganya selama ini telah menyakiti dan mengkhianati keluarga Sudung, ternyata lelaki berkaca mata itu tidak lantas membalas mereka dengan kejahatan. Tidak semua orang membalas kejahatan dengan kejahatan, Sudung sadar Andre hanyalah korban dari ambisi besar ayahnya.
Sudung meminta pengacara untuk membantu mengurus pengobatan maminya Andre di Singapura, ia akan mendapat pengobatan di sana, Andre akhirnya percaya pada Sudung, ia tidak perlu dipaksa, pada akhirnya ia yang mengajukan dirinya untuk membantu menangkap Rosa,
Sudung tidak ingin Kania depresi memikirkan tentang Jonas, hari itu rencananya Sudung akan menceritakan semuanya pada Kania tentang semuanya,
Sebenarnya Sudung sudah lama ingin menceritakannya, hanya ia ingin memilih waktu yang tepat, belakangan keluarga mereka banyak masalah yang datang silih berganti, jadi Sudung ingin menceritakan semuanya, ia pulang ke rumah mengajak Yeslin pengacara Kania pulang ke rumah.
Kania masih di rumah orang tuanya, Sudung meminta untuk tinggal beberapa hari di sana, saat ia baru pulang, mengajak mereka untuk bicara.
“Nia, daddy ingin bicara ajak suamimu di ruang kerja daddy,” ujar Sudung, ia berjalan menuju ruang kerjanya.
“Ada apa, apa Bapak ada masalah,” bisik Daren.
“Bang Brayen lagi dikantor dad.”
“Oh telepon saja suruh pulang dulu.”
“Sana main sama tulang dulu ya, aku mau ke ruangan appung dulu,” ucap Kania, menepuk pundak putranya.
“Baik Ma, Jonas turun ke lapangan mengajak Daren untuk main basket.”
Yeslin memegang tangan Kania membantu bumil itu untuk naik ke ruangan Pak Sudung.
“Ada apa Dad?”
“Duduklah di sini Nang, kamu sudah makan belum?”
“Sudah, daddy sudah makan? Apa kata dokter tentang kesehatan daddy?”
“Sudah baik, sebenarnya aku ingin bicara hal penting”
“Ada apa Dad?”
Sudung menarik napas panjang, ia tidak ingin putrinya terkejut dengan apa yang ia katakan.