Identitas Tersembunyi Sang Istri

Betaria Sonata L raja
Chapter #124

Masih di Kampung #124

Pesta adat di kampung dan pesta di Jakarta sangat berbeda, kalau di Jakarta, saat pesta sudah di serahkan semuanya pada catering atau WO tetapi kalau pesta di kampung lebih berkesan, di kampung kalau yang pesta yang mengerjakan orang kampung yang saling membantu memasak rame- rame dan ada kebersamaan. Ini lah yang di impikan Brayen dan Kania , itulah alasan kenapa sampai jauh- jauh dari Jakarta mengadakan pesta di kampung terpencil. Mereka berdua dan Bu Lisda, rindu suasana di kampung, rindu melihat asap mengepul di udara membawa harum masakan ala pesta.

 


 

Saat mereka tiba, Brayen meminta di dirikan tenda lebih awal di halaman rumah mereka dan panggung, jadi, suasana pesta sudah terlihat sebelum pesta tiba. Brayen juga menunaikan nazarnya, ia akan mengadakan membagi- bagi rejeki untuk satu kampungnya.

 

‘Jangan membenci orang yang menghinamu dan merendahkan mu, karena hinaan merekalah derajat mu di angkat, balaslah dengan cara mengasihi maka berkatmu akan semakin bertambah’

Kata nasihat itulah yang Brayen ingat.

 

Walau satu kampungnya dulu menghina keluarga mereka. Brayen dan Nur membalasnya dengan kebaikan.

 

Nama Bu Lisda menjadi perbincangan di kampungnya, karena kedua anaknya berhasil di perantauan dan kembali ke kampung, walau kaya tetap rendah diri dan tidak sombong, itulah yang diajarkan Bu Lisda pada Brayen dan menantunya, mereka diberkati dan jadi berkat untuk orang satu kampungnya.

 

Besok pesta adat Kania dan Brayen akan berlangsung, suasana di rumah Brayen sudah rame didatangi keluarga yang datang dari kota.

 

(Bah … boasa dang jolo sae lahiran kian asa di baen pesta na?)

 

Wah … kenapa tidak tunggu sampai melahirkan saja?” tanya keluarga yang datang.

 

“Bah, nungga tolu hali on ditund-tunda. Naeng di bahen di Jakarta hian, hape di huta do keluagta ta sude, jala muse parumen, gogo rohana ikkon di huta pesta.”

 

(Wah ini sebenarnya sudah tiga di tunda tadinya ingin di lakukan di jakarta tapi keluarga kita ada di kampung semua, jadi menantu inginnya di kampung) jawab Bu Lisda menjawab semua pertanyaan tetangga dan tamu yang datang, semua orang kaget saat melihat perut Kania yang besar.

 

Sebelum Brayen dan keluarganya pulang sudah memberi kabar pada keluarga Brayen yang tinggal di Jakarta kalau pesta mereka, akan di adakan di kampung. Namun saat tiba di kampung namborunya kembali menelepon, ia bilang kalau Brayen dan Bu Lisda tidak pernah mengatakan kalau pesta akan di kampung.

 

“Tega kau ya mentang-mentang sudah kaya kau sekarang, tidak ada pemberitahuan kalau pesta akan di adakan di kampung pulang kam diam-diam saja,” ucap bibi Brayen di ujung telepon.

 

Bu Lisda sudah tau kalau wanita itu hanya akan mencari gara-gara.

 

“Kan waktu kumpul di rumah kami pertemuan keluarga bapak mertuaku datang ke rumah sudah aku bilang Bou,” ucap Brayen.

 

“Tidak ada kau bilang, aku tahu tujuanmu biar gak datang kami ke pestamu kan?”

Lihat selengkapnya